Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat Dukung Capres Non-Jawa Maju Pilpres 2024: Demi Patahkan Omongan Luhut Soal Presiden Selanjutnya Masih Orang Jawa

Pengamat Dukung Capres Non-Jawa Maju Pilpres 2024: Demi Patahkan Omongan Luhut Soal Presiden Selanjutnya Masih Orang Jawa Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan paparan pada pertemuan The 4th Indonesia Fintech Summit yang diprakarasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BI, AFTECH, dan AFPI di Bali, Kamis (10/11/2022). OJK bersama pemerintah dan pelaku industri finansial teknologi berkomitmen terus mendukung peran industri fintech dalam mempromosikan pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung stabilitas keuangan nasional serta memberikan perlindungan optimal kepada masyarakat pengguna layanan fintech serta ekosistemnya. | Kredit Foto: Antara/HO/Humas OJK
Warta Ekonomi, Jakarta -

Founder lembaga survei Cyrus Network, Hasan Nasbi, dalam sebuah diskusi pada Senin (14/11/2022), membahas pernyataan 'Presiden selanjutnya masih orang Jawa' yang sempat diutarakan oleh Menko Bidang Kemaritiman Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Dia mematahkan dugaan tersebut. Menurut Konsultan Politik itu, pemikiran politik Jawa memang ada. Namun, tidak menjadi dasar teori Presiden RI harus orang Jawa. "Pemikiran politik jawa itu ada. Menurut saya ini hanyalah sebuah istilah. Tidak bisa di klasifikasikan sebagai teori. Walaupun kenyataannya masih berlaku," ujar Hasan.

Baca Juga: Ajak Anak dan Mantu Temui Presiden UEA, Jokowi Dapat Komentar Begini

Meskipun memang benar pada Pilpres belakangan ini selalu dimenangkan suku Jawa, hal tersebut perlu diukur dari beberapa penyajian konteks, seperti lembaga survei. "Pemilu kita kan baru 4 kali. Kalau bicara dalam konteks Jawa, mungkin kita harus memasangi dalam beberapa penyajian. Kalau jawa dalam konteks sebuah pulau, itu soal lembaga survei. Memang kalau membagi komposisi survei," lanjutnya.

Hasan menambahkan, hampir 60 persen penduduk indonesia terdiam di Pulau Jawa, 20 persen Sumatra, dan pulau-pulau lainnya, dan 20 persen lagi digabungkan Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Bali dan Papua itu semua hanya 20 persen. Jadi jika digabung Jawa Barat plus Jakarta, itu lebih besar daripada Indonesia timur.

Dalam konteks tersebut, peneliti Pusat Kajian Politik UI itu mengatakan bicara politik elektoral, Jawa sebagai pulau seperti dalam satu kolam yang ikannya banyak. "Dalam konteks itu, orang pertama kali berpikir pada politik elektoral itu, memancing ikan di kolam. Karena kepadatan dan populasi orang di sana (Jawa)," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: