Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Tegaskan Gala Dinner G20 Tak Pakai Pawang Hujan: Kita Gunakan Rekayasa Cuaca

Jokowi Tegaskan Gala Dinner G20 Tak Pakai Pawang Hujan: Kita Gunakan Rekayasa Cuaca Kredit Foto: Rena Laila Wuri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jamuan makan malam (gala dinner) G20 yang dihelat di Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada Selasa (15/11) malam berlangsung sukses. Diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), rahasia kesuksesan perhelatan internasional tersebut adalah penerapan rekayasa cuaca oleh BMKG, bukan menggunakan pawang hujan.

"Kita menggunakan BMKG dan kita menyiapkan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca)," kata Presiden Jokowi ketika bertemu beberapa pemimpin redaksi media nasional di Hotel Apurva Kempinski, Bali pada Kamis, melansir Republika.co.id.

Baca Juga: Berkelas! Cara Jokowi Jawab Cecaran Jurnalis Asing Saat KTT G20 Dipuji Selangit: 'Bahasa Inggrisnya Udah Maju Pesat'

Presiden mengakui pelaksanaan G20 di Bali saat musim hujan menjadi tantangan tersendiri. Apalagi, setelah mendapat informasi bahwa diperkirakan akan hujan. "Saya sudah putuskan gala dinner di GWK, disiapkan lighting-nya dengan baik, dan prakiraan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) pada hari itu akan hujan," tambah Presiden.

Beberapa pemimpin redaksi menduga panitia G20 menggunakan jasa pawang hujan. "Enggak, kita ini ilmiah sekali. Setiap ada gumpalan awan yang menimbulkan potensi hujan langsung disergap tim TMC," tutur Presiden menceritakan proses rekayasa cuaca.

Presiden juga menceritakan bagaimana dirinya dikabarkan adanya hujan yang terjadi sebelum acara jamuan makan malam. "Sore sampai malam, saya dikabari bahwa pesawatnya masih terbang. Jadi tiga hari jelang gala dinner urusan cuaca menjadi fokus panitia," ungkap Presiden.

Saat malam pelaksanaan gala dinner, memang cuaca sangat bersahabat, udara sejuk dan tidak hujan. Para kepala negara pun sangat menikmati sajian makan malam dan menyaksikan pagelaran seni.

Dihubungi terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa TMC merupakan kolaborasi BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan TNI AU dengan didukung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

"Biasanya garamnya 1,6 ton yang ditabur dengan 2 kali sorti (penerbangan), kemarin 15 November 2022, kita menggunakan garamnya 11,2 ton dengan 11 kali sorti (penerbangan)," kata Dwikorita.

Dwikorita juga menyampaikan bahwa tim TMC mulai bekerja sejak 10 November 2022 pagi hingga 16 November 2022 pukul 16.00 WITA dengan menggunakan total 29 ton garam yang ditabur melalui 28 sorti penerbangan.

Baca Juga: KTT G20 Cuma Dihadiri Jokowi, Wapres Ma'ruf Amin: Tugas Lainnya Bisa Vakum Jika Semua ke Bali

"Tujuannya, awan segera dihalau, segera diturunkan sebagai hujan sebelum memasuki area perhelatan, dan yang terjadi kemarin awan yang sudah terlanjur menutup merata di atas area perhelatan segera diturunkan sebagai hujan beberapa jam sebelum acara dimulai. Kita menggunakan empat pesawat terbang," tambah Dwikorita.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: