Berkaca pada PHK GoTo dan Ruangguru, Startup Indonesia Sedang Tidak Baik-Baik Saja
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute sekaligus pengamat ekonomi digital Heru Sutadi menyampaikan bahwa fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi di perusahaan-perusahaan besar di Indonesia baru-baru ini merupakan hal uang cukup mengejutkan.
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan sulit yang dilakukan sudah dalam pertimbangan pada kondisi yang tidak baik-baik saja.
"Fenomena PHK massal ini memang cukup mengejutkan, apalagi dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang sifatnya sudah unicorn, sudah decacorn. Padagal secara hitung-hitungan matematis harusnya mereka sudah stabil, sudah bisa survive. Tapi mungkin juga ada pertimbangan-pertimbangan lain karena melihat kondisi perkembangan ekonomi dunia juga sedang tidak baik-baik saja," tutur Heru memberikan tanggapannya kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Badai PHK Massal, Ekonom Sarankan Pemerintah untuk Bertindak
Merujuk pada PHK massal yang terjadi di perusahaan besar dan ternama di Indonesia saat ini adalah termasuk PHK baru-baru ini terjadi yang dilakukan oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) yang melakukan PHK terhadap sejumlah 1.300 karyawannya seluruh perusahaan atau setara dengan 12% dari jumlah seluruh karyawan yang ada dan juga PHK yang dilakukan oleh PT Ruang Raya Indonesia (Ruangguru) yang baru-baru ini telah mengonfirmasi telah PHK tidak lebih dari 50% dari jumlah karyawan yang ada.
Melihat alasan yang dipertimbangkan dalam memutuskan tindakan PHK, Heru menyampaikan bahwa hal tersebut mungkin terjadi akibat dari pengaruh dan dampak makro ekonomi, seperti misalnya masalah konflik Rusia-Ukraina yang memengaruhi banyak negara, adanya fase resesi, serta adanya prediksi krisis yang lebih besar yang memandang keadaan di tahun depan dengan begitu suram.
Menambahkan alasan di balik maraknya kasus PHK massal ini termasuk yang terjadi pada GoTo dan Ruangguru, Heru menyampaikan, "kemudian juga di Indonesia ini juga startup-nya memiliki fenomena yang unik, karena [mereka] bakar uangnya dalam jumlah yang cukup besar. Mereka membakar uang untuk mengakuisisi pengguna, memberikan gaji yang jor-joran, fasilitas kantor yang mewah, sehingga investasi yang masuk juga mungkin banyak dihabiskan untuk hal-hal seperti itu."
"Belum lagi mungkin juga di Indonesia ini kan kebiasaannya ketika mendapat investasi baru [itu] jadi yang pertama kali diuntungkan [adalah] founder-nya. Jadi uang itu banyak masuk ke founder. Sehingga pengembangan bisnis dan pengembangan usaha ya sisa dari pengganti saham yang dikucurkan kepada founder-nya," ujar Heru.
Ia menambahkan bahwa dalam keadaan seperti sekarang ini, para investor juga telah menahan dan bahkan mulai berhenti dalam memberikan pendanaan baru bagi startup. Apalagi pada startup yang masuk kategori gelombang pertama, seperti yang ada di sektor e-commerce, ride-hailing, dan fintech. Investasi baru pun juga tidak lagi mengalir untuk startup gelombang kedua, termasuk di sektor blockchain, big data, artificial intelligent, dan internet of things. Di mana GoTo dan Ruangguru ini masuk ke dalam kategori yang disebutkan sehingga sulit dan sangat kompetitif bagi mereka untuk mendapatkan pendanaan baru.
Melihat pada PHK massal yang terjadi pada GoTo dan Ruangguru termasuk yang terjadi di startup lainnya, Heru menyampaikan bahwa hal ini telah menunjukkan bahwa kondisi startup di Indonesia saat ini tengah berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti