Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sawit Dipersepsikan Sumbang Emisi GRK Cukup Besar, Apa Motif Antisawit Sebenarnya?

Sawit Dipersepsikan Sumbang Emisi GRK Cukup Besar, Apa Motif Antisawit Sebenarnya? Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia dipersepsikan oleh gerakan antisawit menyebabkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang cukup besar. Melansir laman Palm Oil Indonesia, menurut IEA (2016), emisi GRK global yang sebesar 68 persen bersumber dari konsumsi bahan bakar fosil.

Negara-negara pengemisi GRK terbesar dunia ialah China, Amerika Serikat, dan India. Keempat negara tersebut menyumbang sekitar 50 persen emisi GRK global. Sementara itu, kontribusi Indonesia dalam emisi GRK global hanya 1,3 persen.

Baca Juga: Tak Hanya bagi Indonesia, Sawit Juga Berkontribusi Besar bagi Dunia

"Data FAO (2013) menunjukkan bahwa kontribusi pertanian global hanya sekitar 11 persen dari emisi GRK global. Sekitar 95 persen emisi GRK pertanian global disumbang oleh sektor peternakan, pertanian padi, dan penggunaan pupuk. Kontribusi pemanfaatan lahan gambut global hanya sekitar 2 persen," catat laman Palm Oil Indonesia. 

Dalam laman Palm Oil Indonesia, disebutkan setidaknya terdapat dua motif utama terhadap gerakan antisawit yang disponsori negara-negara Barat tersebut. Pertama, bagian dari strategi persaingan minyak nabati global. Kedua, pengalihan tanggung jawab peningkatan emisi GRK global dari negara Barat ke negara berkembang termasuk Indonesia.

"Motif persaingan minyak nabati global tersebut merupakan kelanjutan dari gerakan sejak tahun 1980-an. Peningkatan produksi minyak sawit global khususnya dari Indonesia telah menggeser dominasi minyak kedelai, minyak bunga matahari, dan minyak rapeseed dalam produksi dan konsumsi minyak nabati global," catat laporan PASPI. 

Tidak hanya itu, penurunan pangsa pasar minyak kedelai, rapeseed, dan bunga matahari di pasar minyak nabati global, catat laporan PASPI, bagi Amerika Serikat dan Uni Eropa bukan hanya masalah bisnis semata, melainkan menyangkut nasib subsidi besar yang diberikan Uni Eropa dan Amerika Serikat kepada petaninya setiap tahun.

"Motif pengalihan tanggung jawab peningkatan emisi GRK global dari negara Barat (sebagai pengemisi GRK terbesar) ke negara berkembang, tampaknya masuk akal sebagai konsekuensi ketidakrelaan masyarakat negara-negara Barat menurunkan konsumsi/tingkat kesejahteraannya agar emisi GRK berkurang," catat laporan PASPI.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: