Analisis JPMorgan: Meski FTX Runtuh, Pertukaran Kripto Terpusat Akan Tetap Dominan
Runtuhnya pertukaran kripto FTX telah memengaruhi banyak hal di dalam industri, termasuk menyebabkan sebagian ahli crypto-native mengharapkan adanya pergeseran ke platform terdesentralisasi.
Namun, bertentangan dengan pemikiran ini, analisis dari JPMorgan mencatat bahwa pertukaran kripto terpusat akan tetap dominan dalam mengendalikan sebagian besar volume perdagangan aset digital global bahkan pascakeruntuhan FTX.
Dilansir dari CoinDesk pada Selasa (29/11/2022), meski ada peningkatan aktivitas di pertukaran terdesentralisasi pascakebangkrutan FTX, di mana volume perdagangan pada platform terdesentralisasi naik 68% menjadi US$97,22 miliar di November sejak Oktober lalu, namun JPMorgan tidak menganggap hal ini sebagai awal dari tren jangka panjang pada pertukaran terdesentralisasi (DEX).
Baca Juga: LINE Tutup Bisnis Pertukaran Kriptonya untuk Fokus pada Blockchain dan Token LN
JPMorgan mencatat bahwa peningkatan pangsa DEX dalam aktivitas perdagangan kripto secara keseluruhan dalam beberapa minggu terakhir lebih cenderung mencerminkan jatuhnya harga kripto dan likuidasi deleveraging/otomatis yang mengikuti keruntuhan FTX.
Pertukaran kripto terpusat akan tetap mendominasi pangsa perdagangan kripto, dalam hal ini JPMorgan menilai karena DEX memiliki kecepatan transaksi yang lebih lambat dibandingkan dengan pertukaran kripto terpusat, di mana pengumpulan aset dan fitur keterlacakan pesanan cenderung membatasi partisipasi institusional. Tidak hanya itu, tidak seperti pertukaran terpusat, DEX tidak memiliki fitur limit order/stop loss, di mana mereka juga memiliki ketergantungan pada oracle harga yang sumber datanya berasal dari pertukaran terpusat.
Analisis pun turut mengutip bahwa DEX memiliki sifat yang lebih rentan terhadap peretasan, eksploitasi, kebutuhan akan jaminan berlebihan dan risiko sistemik dari kaskade likuidasi otomatis yang tentunya membuat pertukaran ini lebih sulit dalam sistem adopsinya secara luas. Dibandingkan dengan pertukaran terpusat, DEX dinilai memiliki tantangan yang lebih besar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: