Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

SMRC: Identitas Partai di Indonesia Masih Sangat Lemah

SMRC: Identitas Partai di Indonesia Masih Sangat Lemah Kredit Foto: Antara/Zarqoni Maksum
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali merilis hasil surveinya berkaitan dengan perkembangan politik di Indonesia.

Dalam salah satu survei terbaru yang mereka lakukan, ditemukan bahwa Lemahnya party ID atau kedekatan publik dengan partai menjadi penyebab munculnya polarisasi sosial dan politik identitas.

Pendiri SMRC, Saiful Mujani menjelaskan bahwa dalam diskusi tentang partai politik, salah satu unsur yang sering dibicarakan adalah bahwa partai politik bisa berperan sebagai jembatan yang memperantarai pelbagai kelompok atau identitas yang sangat beragam di masyarakat.

Orang bisa beridentitas daerah seperti Papua dan Aceh, beridentitas agama seperti Islam atau Kristen, dan identitas lain yang sangat beragam. Partai politik, kata Saiful, bisa menjembatani perbedaan ini. Karena identitas tidak mungkin hilang, yang bisa dilakukan adalah menjembatani, misalnya antara orang Aceh dan orang Papua, orang Kristen dan orang Islam, dan seterusnya.

Baca Juga: Kemungkinan 4 Poros di Pilpres 2024 Terjadi, Tergantung Keputusan Megawati dan PDIP

“Islamnya tetap, Kristennya tetap, tapi butuh jembatan. Partai politik bisa berperan menjembatani antar identitas yang berbeda tersebut,” jelas pendiri Saiful daloam keterangan yang diterima redaksi wartaekonomi.co.id, Kamis (1/12/22).

lanjut Saiful, semakin kuat pembangunan sistem politik kepartaian, maka keragaman yang potensial membuat polarisasi atas dasar identitas sosial bisa ditekan atau bisa dikurangi.

Sebagai contoh, di Amerika Serikat, kata Saiful, pollster biasa bertanya tentang apakah seseorang itu orang Demokrat, Republik, atau Independen. Ini adalah pertanyaan standar untuk melihat sejauh mana transformasi identitas sosial ke identitas politik sudah terjadi.

“Dalam survei SMRC (November 2022) terdapat data tentang party ID. Party ID adalah identitas partai, seberapa besar orang mengaku dirinya sebagai bagian dari atau merasa dekat dengan partai politik tertentu. Ketika ditanya apakah ada partai politik yang anda merasa dekat? Ada 20 persen yang menjawab ‘ya’ Yang menyatakan ‘tidak’ 73 persen,” lanjut keterangan tersebut.

Dari temuan tersebut, Saiful mengungkapkan angka identifikasi diri dengan partai politik ini sangat rendah. Dia mencontohkan bahwa di Amerika Serikat, yang mengaku dirinya sebagai orang partai, entah Demokrat atau Republik, adalah mayoritas. Yang mengaku tidak dekat atau bukan bagian dari partai politik justru minoritas.

Baca Juga: Jika Jadi Presiden, Proyek IKN Jokowi Bakal Diberangus? Jawabannya Sungguh Mengejutkan! Anies Baswedan: Kita Ingin Agar…

”Ini menunjukkan bahwa di Amerika, transformasi dari identitas sosial ke identitas politik sudah terjadi,” lanjutnya.

Sebagai contoh, Saiful menyebut Presiden Obama tidak lagi dipandang sebagai seorang kulit hitam melainkan seorang Demokrat.

Saiful melihat hal tersebut belum terjadi di Indonesia. Analisis sosiologis lebih dominan dari analisis psikologis identitas partai. Di Indonesia, yang ditanya bukan partainya apa, tapi dia dari daerah mana, etnis apa, agama apa, pribumi atau non-pribumi, dan seterusnya.

“Di Indonesia, identitas partai masih sangat lemah,” kata Saiful.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: