Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenkeu: Realisasi Pendapatan APBN Lampaui Target, Perekonomian DKI Menguat

Kemenkeu: Realisasi Pendapatan APBN Lampaui Target, Perekonomian DKI Menguat Kepala Bidang Perbendaharaan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok, Hari Prabowo | Kredit Foto: Kemenkeu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian keuangan (Kemenkeu) RI menyatakan perekonomian wilayah DKI Jakarta makin menguat, dengan realisasi pendapatan dan hibah APBN Regional yang melebihi target. Hingga 31 Oktober 2022, realisasinya mencapai Rp1.327,80 triliun atau 137,41% dari target.

Sementara itu, pagu belanja terealisasi sebesar Rp483,39 triliun atau 67,44% dari pagu, yang berdampak pada surplus regional sebesar Rp861,72 triliun atau 322,79% dari target. Surplus tersebut meningkat signifikan 164,06% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Baca Juga: Febrio Kacaribu: Kemenkeu Ikut Sepakat Koperasi Tetap Diawasi Kemenkop, Bukan OJK

"Secara keseluruhan, realisasi penerimaan bea cukai mencapai Rp19,34 triliun dari target yang dibebankan sebesar Rp20,38 triliun atau mencapai 94,91%, juga mengalami kenaikan 34,19% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2021," papar Kepala Bidang Perbendaharaan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok, Hari Prabowo, dari keterangan resmi yang diterima, Kamis (1/12/2022).

Ia mengungkapkan kenaikan tersebut disebabkan karena meningkatnya nilai impor dan volume impor. Sektor otomotif adalah komoditas yang membantu penerimaan Bea Masuk selain bahan pangan dan bahan baku.

Baca Juga: Realisasi APBN Oktober 2022 Defisit Rp169,5 Triliun

Adapun, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) DKI Jakarta, Alfiker Siringoringo, juga turut mengungkapkan indikator perkembangan ekonomi regional dan kesejahteraan di wilayah DKI Jakarta.

Beberapa di antaranya dipengaruhi oleh inflasi yang melandai, peningkatan ekspor, penurunan impor, pertumbuhan konsumsi rumah tangga, serta kenaikan nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar nelayan (NTN).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: