Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ungkit Ucapan Jusuf Kalla, Jokowi Dinilai Cuma Ingin Dengeri Omongan Buzzer: Semakin Marah Malah...

Ungkit Ucapan Jusuf Kalla, Jokowi Dinilai Cuma Ingin Dengeri Omongan Buzzer: Semakin Marah Malah... Kredit Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat Politik Rocky Gerung menyoroti bagaimana santernya buzzer yang berada di media sosial jelang Pilpres 2024.

Menurutnya hal ini tak terlepas dari peran Joko Widodo alias Jokowi sebagai seorang kepala negara serta figur politik.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Mohon Jangan GR! Soal Ubanan dan Wajah Berkerut, Pengamat Sebut Jokowi Hanya Nggak Mau Hilang Panggung!

Menurutnya hanya Jokowi yang memiliki buzzer outsouce, berbeda dengan partai politik yang hanya memiliki kader.

Rocky menilai istilah buzzer memang identik dengan Jokowi. Sebab kata Rocky, setiap partai tak memiliki buzzer namun kader.

"Emang kata buzzer kan khas punya Jokowi kan. Kan nggak ada buzzer PDIP, PDIP buzernya ya kader nya sendiri, Demokrat ada buzer nggak ada, buzzer Demokrat adalah  kader sendiri, pks jg gtu. Semua partai buzzernya adalah kadernya sendiri. Nah pak Jokowi adalah buzzernya itu  outsource itu," ujar Rocky yang dikutip Suara.com, Rabu (30/11/2022).

Rocky mengibaratkan buzzer seperti perisai. Kata Rocky, lantaran memiliki perisai yang tebal, Jokowi tak memiliki akses dengan rakyat dan hanya ingin mendengarkan buzzer.

"Saking tebalnya perisai itu, pak Jokowi nggak punya akses lagi dengan rakyat. Jadi pak Jokowi hanya ingin dengar apa yang oleh buzzer dirumuskan sebagai hal yang baik buat Jokowi," ucap dia.

Baca Juga: Dinobatkan Jadi Menteri Terbaik, Prabowo Subianto Disebut Layak Jadi Penerus Jokowi

Terlebih kata Rocky, aksi buzzer ini bahaya karena menyerang bukan mempromosikan seseorang. Hal tersebut kata Rocky yang dapat merusak demokrasi.

"Jadi ada bengisnya buzzer-buzzer ini, kenapa? Karena setiap kali ada serangan langsung bisa dikonversi jadi uang. Jadi semakin marah semakin galak buzzer itu semakin dompetnya tebal diisi terus oleh majikannya, itu yang merusak demokrasi," tuturnya.

"Akhirnya buzzer memberi opini publik menguasai surveyor segala macem disewa kiri kanan. Jadi memang ini yang merusak demokrasi ini buzzer," sambungnya.

Baca Juga: Lihat Kurikulum Pendidikan, Jokowi Didorong Segera Muat Isu Perubahan Iklim, Apa Alasannya?

Selain itu Rocky menuturkan bahwa mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menyebut keberadaan buzzer semacam kebiadaban dalam politik.

"Semua bicara begitu Jusuf Kalla bahkan pernah sangat kejam mengatakan buzzer ini semacam kebiadaban dalam politik," tutur Rocky.

Sehingga kata Rocky perlu dibedakan antara influencer yang rapi mempromosikan seseorang, sedangkan buzzer menyerang secara brutal. Lanjut Rocky harus dibedakan juga antara kader partai yang paham visi misi tokoh yang didukung, dengan buzzer yang membabi buta. 

"Jadi itu kontrasnya pembuzzeran itu adalah hal yang biadap dalam politik karena makan dimana saja lalu menyerang kini kanan dan sering kali tanpa nama. Jadi pengecut juga sebetulnya," papar dia.

Karena itu kata Rocky dengen menjamurnya buzzer, publik akan mengingat buzzer yang dipelihara di era Presiden Jokowi. Pasalnya Rocky menyebut buzzer hanya ada di era Jokowi dan tidak ada di era presiden sebelumnya.

Baca Juga: Tanggapi Benny Rhamdani yang Minta Izin ke Jokowi ‘Tempur’ dengan Oposisi, Demokrat: Politik Itu Adu Gagasan Bukan Adu Fisik

"Selain proyek yang gagal dari Jokowi orang akan ingat bahwa buzzer itu justru berkembang biak di era pak Jokowi dan hanya di era pak Jokowi  di era lain nggak ada buzzer," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: