Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tantangan UMKM Indonesia dalam Membangun Ekosistem Bisnis yang Berkelanjutan

Tantangan UMKM Indonesia dalam Membangun Ekosistem Bisnis yang Berkelanjutan Kredit Foto: Tri Nurdianti
Warta Ekonomi, Jakarta -

Orientasi pada upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dan menjalankan kebijakan pro-lingkungan telah menjadi prioritas utama dalam perjalanan sektor industri dan bisnis saat ini, termasuk di Indonesia.

Kini mulai banyak inisiatif telah mulai baik dari Pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam berkontribusi untuk mewujudkan ekosistem bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Namun dalam menjalankannya bukan hal mudah, tentu ada banyak tantangan dan kesulitan baik yang dialami oleh pelaku usaha maupun masyarakat sendiri.

Bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menangah (UMKM) yang telah memberikan kontribusi mencapai 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara, Ali Alkatiri selaku Asisten Deputi Pengawasan Kawasan dan Rantai Pasok Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop-UKM) RI menyampaikan bahwa tantangan utama yang dihadapi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis berkelanjutan yang ramah lingkungan ada pada akses pembiayaan, akses pasar, dan akses bahan baku.

Baca Juga: Kemenkop-UKM: UMKM Milik Perempuan Lebih Dukung Praktik Ramah Lingkungan

"Di samping ada potret potensi [dari industri berkelanjutan ramah lingkungan] ada beberapa kendala, yaitu pada akses pembiayaan dan akses pasar. Akses pasar ini akan lebih susah lagi ketika ada peraturan bahwa harus organik, sirkular, dan green economic, lalu ada akses bahan baku. Ada permasalahan yang masih kita sedang tetapkan decision making-nya."" tutur Ali dalam acara konferensi pers peluncuran gerakan Tokopedia Hijau pada Rabu (14/12/2022).

Ali lanjut menjelaskan, meskipun saat ini Indonesia memiliki potensi pada jumlah UMKM yang besar yang dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan dalam menciptakan ekosistem bisnis yang berkelanjutan, namun hingga saat ini rata-rata tingkat pemahaman dari pelaku UMKM terhadap prinsip dan praktik bisnis berkelanjutan yang ramah lingkungan masih sangat terbatas. Hal ini juga tentu dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman, dan faktor lainnya.

Menambahkan tantangan lain, ia menjelaskan, "aspek manajemen, ada namanya rantai pasok, rantai nilai, yang itu semua bisa diproduksi dengan upaya-upaya produksi ke arah ramah lingkungan. Kemudian juga belum adanya sumber pembiayaan yang belum berioentasi ke arah ramah lingkungan, [sumber pembiayaan saat ini] masih umum. Juga sementara ini kita masih fokus pada P3DN (kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk dalam Negeri) itu 40% dari anggaran biaya atau sekitar Rp400 triliun masih belum mencantumkan ramah lingkungan."

Selain itu, Ali menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam membangun ekosistem bisnis berkelanjutan ada pada kurangnya kesadaran masyarakat saat ini terhadap isu terkait. Hal ini pun selaras dengan yang disampaikan oleh para pelaku usaha berkelanjutan ramah lingkungan yang telah menjadi seller dan kontributor untuk penyediaan produk ramah lingkungan, yaitu Stephanie Thian selaku pemilik usaha TISOO dan juga Melie Indarto selaku pemilik usaha KaIND.

"Tantangan terbesar kami sekarang lebih kepada menjangkau publik, menjangkau lebih banyak lagi untuk memperkenalkan produk [ramah lingkungan]. Tantangan yang sebenarnya mendorong juga untuk kami lebih mengedukasi publik dengan adanya alternatif ramah lingkungan dan bisnis ramah lingkungan," ujar Stephanie yang juga disetujui oleh Melie.

Selanjutnya dari Dwi Indra P selaku mitra dari gerakan Tokopedia Hijau yang juga merupakan pendiri dari The Local Enabler menjelaskan bahwa salah satu tantangan dalam membangun bisnis hijau adalah pada pembentukan tim dan proses. Ia menjelaskan, "yang paling challenging dalam bisnis [berkelanjutan yang ramah lingkungan] ini sebenarnya adalah dalam membangun timnya yang punya kesepahaman bahwa kita punya tujuan yang lestari, punya proses yang step-by-step. Tetapi juga pemahaman sedikit demi sedikit bahwa bisnis hijau ini adalah bisnis yang perlu proses tetapi terukur kemajuannya."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: