Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Benar PDIP Partai Wong Cilik? Survei: Megawati Cs Dianggap Publik Mewakili…

Apa Benar PDIP Partai Wong Cilik? Survei: Megawati Cs Dianggap Publik Mewakili… Kredit Foto: Instagram/Megawati Soekarno Putri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali memaparkan hasil survei yang mereka lakukan. Kali ini berkaitan dengan keterwakilan masyarakat kaya dan misikin oleh partai politik.

Umumnya pemilih mendefinisikan dirinya sebagai orang miskin. Menurut pemilih, ada dua partai yang memiliki karakter yang berbeda secara signifikan dengan aspirasi pemilih dalam hal posisi kelas kaya dan miskin, yakni PDIP dan PKB. PDIP dipersepsi mewakili kalangan kaya, sementara PKB terlalu mewakili kalangan miskin. Sementara partai-partai lain cenderung tidak berbeda dengan sikap pemilih.

Pendiri SMRC, Saiful Mujani menyatakan bahwa PDIP yang dipersepsi lebih cenderung mewakili orang kaya adalah temuan yang menarik.

Baca Juga: Waduh Gawat! Anak Buah Megawati Cium Manuver Gerakan Nusantara Bersatu Relawan Jokowi: Ingin Menggalang Kekuatan untuk Menekan…

“Selama ini PDIP diasumsikan sebagai partai yang memperjuangkan lapisan masyarakat bawah,” kata saiful sebagaimana dalam keterangan resmi yang diterima redaksi wartaekonomi.co.id, Kamis (15/12/22).

Namun Saiful mengingatkan tentang teori politik aliran yang dikembangkan oleh Clifford Geertz yang membuat tiga tipe agama di Jawa: priyayi, santri, dan abangan. Tiga tipe ini memiliki hubungan dengan partai politik: yang santri mendukung partai-partai Islam, abangan mendukung PKI, dan priyayi mendukung PNI, dan PNI adalah proto PDIP.

“Kekuatan antara PNI dan PDIP kurang lebih sama, kekuatan PNI sekitar 22 persen pada Pemilu 1955, sekarang PDIP mendapatkan suara sekitar 20 persen. PNI adalah partai kaum ningrat Jawa, bukan partai abangan atau kelas bawah. Data ini, menurut Saiful, menunjukkan ada kontinuitas bahwa PDIP adalah kelanjutan dari PNI, dan PNI merepresentasikan kelompok ningrat, terutama di Jawa,” lanjutnya.

Sebaliknya, PKB terlalu mewakili orang miskin. Partai ini sering dihubungkan dengan kaum santri pedesaan. Di zaman Orde Lama, kelompok pedesaan terpecah antara pendukung partai komunis dan partai NU. Kelompok masyarakat pedesaan abangan cenderung memilih PKI, sementara kalangan pedesaan santri mendukung partai NU.

Karena itu, di Jawa Timur, konflik antara PKI dan NU sangat keras. Ketika PKI tidak ada, lanjut Saiful, maka yang dekat dengan kalangan warga lapisan bawah pedesaan adalah partai pelanjut Partai NU, yakni PKB.

Baca Juga: Jawaban Tegas Presiden PKS Jika Anies Baswedan Berjodoh dengan Puan Maharani di Pilpres 2024: Masalah Ini Kami Nggak…

“Data ini cukup konsisten dengan teori selama ini tentang kepartaian kita (di Indonesia),” jelas Saiful.

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 November 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden.Response rate sebesar 1012 atau 83%. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: