Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Situasi Ngeri Kalau Anies Mainkan Politik Identitas, Indonesia Rasa Timur Tengah

Situasi Ngeri Kalau Anies Mainkan Politik Identitas, Indonesia Rasa Timur Tengah Kredit Foto: Twitter/Anies Baswedan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Politikus Hanura Inas N Zubir melihat indikasi bakal capres dari Partai NasDem Anies Baswedan tidak akan segan-segan menggunakan politik identitas demi memenangkan Pilpres 2024 mendatang. Menurutnya, hal ini perlu diwaspadai.

Dia mengatakan politik identitas adalah tindakan mengeksploitasi etnis, suku, budaya, agama, sekte, kelompok agama atau yang lainnya untuk mencapai tujuan tertentu.

Baca Juga: Nasdem Klaim Sosok Anies Baswedan Tidak Bisa Asal Dikaitkan dengan Politik Identitas

Dalam praktiknya, politik identitas akan membentuk sebuah entitas yang bersifat egosentris, emosional, cenderung eksklusif dan berpendapat bahwa kelompoknya harus mendapat perhatian.

"Misalnya saja kaum LGBT yang terpinggirkan di Polandia, bergeser ke negara lain untuk memainkan politik identitas bagi kaumnya dan meraih kesukseskan menjadikan Belgia negara zona merdeka LGBT, sehingga menjadi role model bagi kaum LGBT seluruh eropa," kata Inas.

Politik dengan identitas agama juga terjadi di Timur Tengah dengan Arab Spring pada 2010 sebagai puncaknya.

Gelombang unjuk rasa memicu revolusi berdarah di hampir seluruh dunia Arab.

"Kudeta di Tunisia dan Mesir, perang saudara di Libya, pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, Yaman dll," ujar Inas.

Pada spektrum yang lebih ekstrem, Al-Qaeda, ISIS dan lain-lain, memainkan politik identitas yang sangat mematikan dan mempunyai kecenderungan intoleran, bahkan terhadap sesama umat Islam.

Permusuhan di antara muslim pun muncul karena kelompok-kelompok tersebut mengkafirkan umat Islam yang tidak sepemahaman dengan mereka.

"Menjelang Pilpres 2024, Anies nampaknya sedang memainkan politik identitas demi syahwat politiknya, tapi dia tidak menyadari bahwa politik identitas selalu cenderung emosional, sehingga sangat membahayakan pesta demokrasi," pungkas Inas. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: