Sekitar 40 persen anak muda di Kota Bandung akan mengikuti Pemilu 2024. Namun, jumlah anak muda untuk terjun atau membahas terkait politik menjelang pemilu 2024 dinilai masih sangat minim.
"Dari hasil survei saja, hanya ada sekitar 1,9 persen yang mengaku sebagai anggota partai politik dan 81 persennya mengaku bukan pengurus atau anggota parpol," kata Fahmi Iss, Direktur Bandung School of Democracy (BSoD) sekaligus peneliti dari Indonesian Politics and Research Consulting (IPRC), dalam diskusi yang digelar BSoD dengan tema "Proyeksi dan Dinamika Anak Muda di Kota Bandung" di Anatomy Cafe, Kota Bandung, Senin (26/12/2022).
Baca Juga: Demokrat Ingatkan Presiden Jokowi Jika Reshuffle Kabinet Jangan Berdasarkan Kepentingan Politik
Hadir sebagai narasumber, Direktur BSod sekaligus Peniliti IPRC Fahmi Iss Wahyudy, Ketua KNPI Kota Bandung Edwin Khadafi, dan Sekretaris Umum PWI Jabar Tantan Sulthon Bukhawan.
Direktur BSoD, Fahmi Iss Wahyudy mengungkapkan perlu adanya dialog terbuka antara organisasi pemuda dan partai politik sehingga keterwakilan pemuda dalam kancah politik, baik di eksekutif ataupun legislatif, bisa terwujud seiring pergantian estafet kepemimpinan.
Selain itu, organisasi kepemudaan, bisa menjadi wadah bagi partai politik untuk melakukan open rekruitmen anggota. Hal inilah yang harus didorong oleh semua elemen masyarakat khususnya pemuda, agar ide dan gagasan pembangunan hadir dari pemikiran-pemikiran kreatif anak muda.
Dia mencontohkan, seperti KNPI yang mempunyai anggota yang tersebar di semua kecamatan dan ada banyak OKP yang berhimpun di dalamnya. Hal ini menjadi daya tawar yang tinggi untuk membuka dialog dengan parpol.
"KNPI menjadi sebuah wadah bagi parpol untuk melakukan rekruitmen ke depan, karena KNPI juga banyak membuka dialog yang bernarasikan politik, berbicara persoalan masyarakat dan lainnya," ungkapnya.
Fahmi menyebutkan para anak muda Bandung menginginkan pemimpin (wali kota) selanjutnya ialah harus satu suku atau etnis, yakni asli Sunda dengan persentase sekitar 40 persen. Selanjutnya, terkait agama, ada sekitar 48 persen menginginkan pemimpin Kota Bandung selanjutnya beragama Islam.
"Lebih dari 50 persen anak muda mengharapkan wali kota harus asli orang Bandung dan tinggal di Bandung, agar pemimpin itu bisa mengetahui dan mengerti permasalahan Bandung," katanya.
Parpol, lanjut Fahmi, harus membuka ruang yang besar bagi pemuda untuk masuk dalam arena politik. Berbeda halnya dengan isu keterwakilan perempuan di semua elemen politik, sudah menjadi isu internasional sehingga dorongan anak muda untuk masuk dalam arena tersebut harus kuat dan maksimal.
Oleh karena itu, anak muda hari ini, kata Fahmi, harus berani untuk mencuri panggung-panggung politik dengan mencitrakan diri sebagai figur yang cerdas, intelek, peduli kepada masyarakat, dan aktif berkegiatan di masyarakat.
Baca Juga: Fahri Hamzah Dorong Agar 17 Partai Politik Adu Gagasan: Kumpulkan dalam Satu Forum!
"Saya pikir di tingkat nasional, regional dan lokal membutuhkan figur anak muda yang berkompeten. Pasalnya perkembangan jaman yang semakin cepat, membutuhkan anak muda yang paham persoalan digitalisasi ataupun ekonomi kreatif," jelasnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan IPRC selama ini, baik Juni maupun November, terdapat 10 besar nama calon wali kota Bandung dan hanya ada nama Raffi Ahmad yang terbilang masih masuk dalam kategori anak muda.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: