Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dunia Sedang Tidak Baik-baik Saja, Lima Faktor ini Bisa jadi Pegangan Pebisnis

Dunia Sedang Tidak Baik-baik Saja, Lima Faktor ini Bisa jadi Pegangan Pebisnis Kredit Foto: Pexels/Sora Shimazaki
Warta Ekonomi, Jakarta -

PwC meluncurkan laporan baru “Asia Pacific's Time: Responding to he new reality” dalam Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) CEO Summit 2022 di Bangkok, Thailand di mana PwC sekali lagi khusus menjadi knowledge partner.

Laporan tersebut menyoroti bahwa efek berkepanjangan dari pandemi COVID-19, meningkatnya ketegangan geopolitik, inflasi yang merajalela, kerapuhan rantai pasokan, dan tantangan tenaga kerja baru, dengan tekanan yang semakin cepat untuk bertindak pada masalah Environment, Social, dan Governance (ESG), telah menciptakan ketidakseimbangan di Asia Pasifik. Baca Juga: Berawal dari Nol, Inilah Peluang Bisnis Makanan Rumahan

Bob Moritz, PwC Global Chairman, mengatakan, dunia menghadapi gangguan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jika para pemimpin bisnis Asia Pasifik ingin terus mendorong pertumbuhan, daya saing, dan ketahanan di masa-masa sulit ini, mereka harus merangkul tantangan dan peluang ESG dan dunia kerja baru yang fleksibel.

"Kunci untuk memajukan agenda-agenda ini dalam realitas baru adalah perubahan pendekatan untuk kolaborasi di seluruh kawasan berdasarkan pada membangun kepercayaan dan memberikan hasil yang berkelanjutan. Salah satu yang harus dimulai sekarang," ujarnya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (27/12/2022).

Raymund Chao, PwC Asia Pacific & China Chairman, berkomentar bahwa sebagai pemimpin, kita harus bertindak cepat untuk membangun kepercayaan dengan para pemangku kepentingan, menciptakan nilai, meningkatkan daya saing, dan memberikan hasil yang berkelanjutan.

"Ini membutuhkan pola pikir transformatif dan multimodal yang didasarkan pada kolaborasi. Sangat penting bahwa kita semua harus bersatu dan bertindak sekarang untuk realitas baru di kawasan ini," ucapnya.

Berdasarkan diskusi dengan para pemimpin bisnis dan pakar di Asia Pasifik, ada lima faktor keberhasilan yang selaras dan saling memperkuat yang akan mendorong diferensiasi dan daya saing agar bisnis dan pemerintah menjadi makmur, yang disoroti dalam laporan ini. Faktor keberhasilan tersebut adalah:

1. Rantai Pasokan

Gangguan telah mendorong bisnis untuk mengevaluasi kembali strategi sumber mereka. Para pemimpin di Asia Pasifik harus mengalihkan fokus mereka dari biaya dan efisiensi ke ketahanan dan kepercayaan saat mengubah rantai pasokan regional mereka.

2. Pertumbuhan Perusahaan Regional

Peluang untuk penciptaan nilai berlimpah di Asia Pasifik. Untuk menskalakan di kawasan ini, para pembuat kesepakatan harus mengambil pendekatan strategis 'didorong oleh kemampuan' yang menggabungkan proses, alat, teknologi, keterampilan, dan tujuan.

3. Ekonomi Digital

Digitalisasi semakin penting untuk merespons realitas baru. Bisnis harus merangkul digitalisasi untuk mendorong wawasan, mengurangi risiko keamanan siber dan privasi data, serta tetap relevan dalam lingkungan yang semakin kompleks. Baca Juga: Prediksi Soal AI dan Zero Trust dalam Pertumbuhan Bisnis di Tahun 2023, Simak!

4. Tenaga Kerja

Karyawan di Asia Pasifik menghargai makna dan keaslian, dan 90% tenaga kerja lebih memilih untuk bekerja dari jarak jauh atau hybrid. Untuk membangun kepercayaan dan menanggapi dinamika perubahan tenaga kerja mereka, para pemimpin bisnis harus memikirkan kembali peningkatan keterampilan, menerapkan fleksibilitas, dan melaksanakan pekerjaan yang digerakkan oleh tujuan.

5. ESG

ESG tidak lagi sekadar 'bagus untuk dimiliki' bagi bisnis di Asia Pasifik. Menurut penelitian PwC, momentum tidak menurun - dengan 88% CEO Asia Pasifik tetap berkomitmen pada target net-zero atau netral karbon. Bisnis harus beralih dari niat baik ke penciptaan nilai - mempercepat progres prioritas ESG untuk membedakan di pasar modal dan bakat.

Eddy Rintis, PwC Indonesia Territory Senior Partner, menyatakan bahwa pemerintah telah menyadari pentingnya ekonomi digital sebagai kunci daya saing perusahaan dan negara. Digitalisasi semakin menjadi kunci ketahanan ekonomi, fleksibilitas, dan efisiensi di seluruh aspek bisnis. Baca Juga: Pemerintah Dorong Pelaku Fintech Berkontribusi Percepat Digitalisasi UMKM di Indonesia

"Digital dapat memungkinkan bisnis dan pemerintah untuk melawan ketidakseimbangan dengan data yang lebih baik, wawasan yang lebih dalam, dan proses yang lebih efisien yang memberdayakan model bisnis baru dan menciptakan aliran pendapatan baru. Bisnis harus bertindak sekarang untuk meraih peluang dengan menerapkan praktik dan teknologi digital di seluruh bagian terpenting dari rantai nilai," jelas Eddy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: