Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lewat Branding Desa Wisata Urban Village, Telkom University Tingkatkan Perekonomian Masyarakat Jawa Barat

Lewat Branding Desa Wisata Urban Village, Telkom University Tingkatkan Perekonomian Masyarakat Jawa Barat Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Fakultas Komunikasi Telkom University (Tel-U) melalui Program Urban Village menggali potensi desa wisata di Jawa Barat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa.

Dekan Fakultas Komunikasi dan Bisnis Telkom University, Ade Irma Susanti, mengatakan Urban Village ini melibatkan empat mata kuliah, yaitu IMC (The Great Marketing Communication), MPR (Marketing Public Relation), Marketing Manajemen, dan Manajemen Brand.

Baca Juga: Kemenparekraf Luncurkan 'Beti Dewi' Promosikan Paket Wisata ke Desa Wisata

"Urban Village yang sebelumnya bernama Global Village telah berjalan dari tahun 2014. Untuk tahun ini kita mencoba mempromosikan potensi desa wisata tersebut," kata Ade kepada wartawan di Kampus Telkom University, Kabupaten Bandung, Sabtu (7/1/2023).

Adapun, beberapa desa yang akan dipromosikan dalam program ini di antaranya Desa Cisande Sukabumi, Desa Cibuntu, Desa Sukalaksana, Saung Ciburial Garut, Desa Wangun Harga Kabupaten Subang, Desa Lebak Muncang Ciwidey, Desa Gegesik Kulon Cirebon, dan Desa Wisata Pesanggrahan Kuningan. 

"Kita harapkan mahasiswa Tel-U bukan cuma sekedar belajar dari program tersebut tapi mereka bisa memberikan satu kontribusi bagi masyarakat," ungkapnya. 

Ade menyebutkan pihaknya juga meminta Pemerintah Daerah (Pemda) setempat melanjutkan program yang telah digulirkan  Tel-U. Sebab, branding wisata sangat penting dilakukan karena menjadi salah satu aset untuk meningkatkan ekonomi. 

Sementara itu, Koordinator Mata Kuliah Urban Village Telkom University, Ratih Hasanah, menambahkan, pihak kampus telah memilih desa yang akan dipromosikan/branding oleh para mahasiswa. 

Branding desa wisata ini akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Meskipun demikian, hal itu tergantung dari Pemda setempat karena yang dilakukan oleh mahasiswa Tel-U hanya sebatas merumuskan konsep branding. Namun, Pemda setempat bisa menerapkan metode yang sudah dikreasikan oleh mahasiswa Tel-U. 

"Proses branding ini hanya pada saat perkuliahan saja. Diharapkan proses ini dilanjutkan oleh Pemda setempat," ungkapnya.

Selanjutnya, program ini bisa berkelanjutan tapi dengan konsep yang berbeda. Misalnya saja untuk tahun yang lalu Urban Villa mengangkat Desa Digital, sedangkan untuk tahun ini tentang Desa Wisata. 

"Jadi, setiap tahun berbeda. Kita ada dua semester untuk mengolah potensi desa ini," ujarnya.

Pemda setempat pun bisa berkolaborasi dengan kampus Telkom agar mendapatkan bimbingan tentang branding potensi desa masing-masing. 

Baca Juga: Kinerja Produk Digital Telkom Dinilai On The Track

"Jadi berbagai karya ini merupakan hasil proses kajian seperti melakukan survei dan riset," katanya.

Dia mengakui dalam proses branding ini setiap desa memiliki hambatan masing-masing. Misalnya, mengalami kendala ketika akses masuk ke desa tersebut karena harus membayar.

"Itu hambatannya karena kita tidak menyubsidi mahasiswa. Tapi selanjutnya mereka memahami bahwa kita bukan untuk wisata melainkan untuk studi," ungkapnya.

Sementara itu, salah satu mahasiswa, Fakultas Komunikasi Tel-U sekaligus Project manager Amba Gegesiku, Muhammad Izza, mengatakan pihaknya telah berhasil mem-branding Desa Gegesik Kulon Kabupaten Cirebon yang memiliki potensi Wayang Kulit. 

Baca Juga: Anak Usaha Telkom Indonesia Sedang dalam Proyek Pembangunan Pusat Data Baru di Batam

"Ini sesuai dengan tema yang diangkat yaitu desa pendidikan budaya," ujarnya.

Dia mengaku awalnya cukup sulit karena pada umumnya desa tersebut rerata memiliki potensi wisata alam, sedangkan Desa Gegesik Kulon lebih ke bidang pendidikan dan budaya. Akhirnya, berkat kerja sama tim, Desa Gegesik Kulon bisa di-branding sebagai desa budaya sustainable tourism

"Kita sempat kesulitan di situ karena tidak ada contoh yang bisa diikuti dari yang sebelumnya," ungkapnya.

Untuk itu, pihaknya lebih menonjolkan pendidikan budaya, seperti pembuatan, cara permainan, dan penyebarannya Wayang Kulit di kalangan masyarakat.

"Kita angkat keunikan seperti yang membuat, memainkan, dan menyebarkannya wayang kulit adalah asli masyarakat di sana. Itulah keunggulan desa tersebut," ungkapnya.

Izza menambahkan, untuk melestarikan budaya lokal, pihaknya terus menyosialisasikan budaya Wayang Kulit di kalangan pelajar. Salah satunya, mengampanyekan ke beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung. Ia menegaskan Jawa Barat memiliki wayang kulit yang akan menambah kekayaan budaya lokal. 

"Soalnya kalau di Jawa Barat ini identiknya dengan wayang golek," tegasnya.

Selain secara offline, sosialisasi juga dilakukan secara online dengan menghadirkan beberapa pembicara, di antaranya budayawan yang berasal dari Desa Gegesik Kulon dan komunitas Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata).

"Jadi seluruh budaya desa wisata Gegesik Kulon kita branding di Bandung," ujarnya.

Baca Juga: Rayakan HUT Ke-52, ASITA PARIWISATA Lakukan Ziarah dan Kegiatan Sosial di DKI Jakarta

Izza menilai perhatian pemerintah terhadap potensi desa tersebut sudah ditunjukkan dengan adanya kerja sama antara Kemenparekraf dengan Desa Gegesik Kulon. 

"Diharapkan bukan hanya sebatas desa Gegesik Kulon tapi ke seluruh Indonesia. Jadi berbagai budaya yang cuma tersorotnya di satu tempat bisa menyebar lebih luas lagi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: