Peneliti Climate Policy Unit & Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Novia Xu mengatakan harga batu bara maupun minyak dan gas (migas) akan mengalami tren negatif pada tahun 2023.
Menurutnya, saat ini harga batu bara dunia sekarang pun terlihat lebih tinggi empat kali daripada tahun awal tahun 2019. Walaupun sudah lebih rendah jika dibandingkan peak pada kuartal terakhir 2022 yang bisa mencapai 380 dolar AS per ton batu bara.
"Prediksinya harga batu bara akan berangsur turun ketika demand batu bara mencapai puncak yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2025," ujar Novia saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Selasa (10/1/2023).
Baca Juga: Pengusaha Yakin Prospek Batu Bara Masih Cerah, Ini Alasannya
Novia mengatakan hal tersebut terjadi lantaran banyak negara di dunia sudah berkomitmen untuk mengurangi konsumsi batu bara dan juga harga teknologi energi bersih yang semakin terjangkau.
Hal serupa juga terjadi pada harga migas dunia yang kemungkinan akan mengalami tren menurun pada 2023 dengan jangka waktu yang sedikit berbeda dengan batu bara.
"Migas akan lebih lama mencapai puncak, mainly karena sektor transportasi dan konsumsi ritel yang masih banyak bergantung pada migas. Jika ada terobosan baru dalam teknologi bersih, kemungkinan peak untuk migas juga dapat terjadi dengan lebih cepat," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Advertisement