Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat menyoroti soal kasak-kusuk biaya haji yang belakangan jadi perhatian publik karena ada wacana kenaikan sampai puluhan juta.
Menurut Achmad, persoalannya pengelolaan dana haji ini menjadi tidak bijak karena dana kelolaan sebesar Rp 167 triliun ini hanya 70% saja yang dimasukan kedalam Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Itu sebabnya Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dianggap malas sehingga harus menaikkan dana haji.
“Sebenarnya menempatkan 70 perse dana haji di SBSN ini adalah salah tempat karena nilai manfaat yang dihasilkan sangat kecil. Mungkin BPKH didesak untuk menempatkan dana haji tersebut disana karena didesak oleh kementrian keuangan atau pemerintah untuk diinvestasikan disana karena pemerintah butuh uang,”
“Tapi yang menjadi persoalan adalah saat jemaah haji yang sudah memberikan uangnya untuk pembangunan tapi disaat mau berangkat haji mereka masih diperah dengan biaya haji yang sangat mahal. Itu sangat tidak fair,” ujar Achmad dalam keterangan resmi yang diterima wartaekonomi.co.id, Kamis (2/2/23).
BPKH menurut Achmad seharusnya lebih kreatif memanfaatkan peluang menempatkan dana haji ini di sektor-sektor yang secara feasibility study sangat prospektif sehingga biaya haji bagi para jemaah akan lebih murah.
Baca Juga: Pengamat Sebut Ada 7 Kekacauan dalam Narasi Kenaikan Ongkos Haji oleh Kemenag dan BPKH Tahun 2023
Dalam hal ini beberapa solusi yang bisa membuat biaya haji menjadi murah.
Jangan Menginvestasikan Dana Haji di Sektor yang Nilai Return-nya Kecil.
BPKH harus punya target berapa nilai return yang dibutuhkan untuk tahun ini. Tidak hanya diinvestasikan di SBSN tetapi bisa ke investasi langsung atau investasi lainnya.
“Jadi mulailah dengan investasi langsung dengan porsi yang signifikan. BPKH bisa meniru apa yang dilakukan Malaysia yang membeli tanah dan membangun hotel yang bagus di Saudi dekat Mekah dan mesjid Nabawi menggunakan dana kelolaan itu kemudian mengoperasikannya untuk kepentingan jamaah. Jika di saat musim haji bisa digunakan untuk jamaah sehingga operasional haji menjadi berkurang karena hotel itu milik punya Indonesia. Selain untuk haji juga bisa dipakai untuk umroh di mana mendatangkan return juga yang bisa memberikan nilai manfaat yang tinggi,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement