Kemudian faktor ketiga adalah "Wow Fakto" atau menciptakan beberapa hal yang bisa membuat pelanggan mengatakan "Wow" untuk makanan yang disajikan. Seperti contoh yang ada di "Kopi Klotok" di mana pelanggan tidak boleh membawa pulang pesanan pisang goreng dan membuat itu menjadi perbincangan.
"Kedua, suasana tempatnya tradisional dan sawah-sawahan, ketiga lodehnya enak banget dengan beberapa varian lodeh. Kalau kita mau nambah order lodeh itu kadang-kadang suka dimarahin," jelasnya.
Baca Juga: Dilepas Zulkifli Hasan, Pos Indonesia Sukses Bawa UMKM Indonesia Tembus Pasar Timur Tengah
Faktor keempat yang tak kalah penting adalah infrastruktur yang menunjang. Dengan kata lain, ramai dan antri tanpa infrastruktur penunjang akan membuat pengunjung merasa tidak nyaman.
"Ini yang dipahami oleh kopi klotok, bahkan mereka punya parkiran untuk bus, dan tempat duduk yang banyak sehingga tidak membuat konsumen kecewa," jelasnya.
Faktor terakhir adalah Word of Mouth di mana hal tersebut menjadi kewajiban setiap orang bercerita tentang "Kopi Klotok", mungkin sudah jutaan orang yang pernah ke sana sejak dulu.
"Jika setiap orang selalu cerita tentang kopi klotok, gimana gak dahsyat juga efeknya. Jadi pastikan bisnis kuliner sahabat foodies juga punya cerita yang akan diceritakan kembali oleh konsumen ke belasan atau bahkan ribuan followers-nya sehingga bisnis kuliner gak butuh biaya promo yang gede agar bisnisnya tetep cuan," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait:
Advertisement