Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diprediksi Bisa Meroket Sampai 50 Ribu, Apa Alasan PBB Ramalkan Jumlah Orang Tewas di Turki dan Suriah?

Diprediksi Bisa Meroket Sampai 50 Ribu, Apa Alasan PBB Ramalkan Jumlah Orang Tewas di Turki dan Suriah? Kredit Foto: Reuters/Eduardo Munoz
Warta Ekonomi, Ankara -

Kepala Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths memperkirakan, jumlah korban tewas akibat gempa yang mengguncang Turki dan Suriah dapat berlipat ganda atau menembus 50 ribu jiwa. Sejauh ini, total kematian di kedua negara tercatat telah mencapai 28 ribu orang.

“Saya pikir sulit untuk memperkirakan dengan tepat karena kita masih perlu mencari di bawah reruntuhan. Tapi saya yakin jumlahnya akan berlipat ganda atau lebih. Kita belum benar-benar menghitung jumlah korban tewas,” kata Griffiths dalam sebuah wawancara dengan Sky News, Sabtu (11/2/2023).

Baca Juga: Ketemu! Inilah Biang Keladi yang Bikin Lambatnya Bantuan PBB Datang ke Suriah

Griffiths tiba di di Provinsi Kahramanmaras yang menjadi pusat gempa Turki pada Sabtu lalu. Dia memantau kondisi korban dan kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa.

"Segera, pencarian dan penyelamatan orang-orang akan memberi jalan bagi badan-badan kemanusiaan yang tugasnya menjaga jumlah luar biasa dari mereka yang terkena dampak (gempa) untuk bulan-bulan berikutnya," kata Griffiths dalam sebuah video yang diunggah ke akun Twitter-nya.

Menurut badan bencana Turki, saat ini terdapat 32 ribu orang dari organisasi di negara tersebut yang terlibat dalam misi pencarian dan penyelamatan korban gempa. Sementara tim dari mancanegara berjumlah 8.294 personel.

Sejauh ini, Turki telah mencatatkan sedikitnya 24.617 korban tewas akibat gempa. Sementara Suriah telah melaporkan 3.574 kematian.

PBB telah memperingatkan, setidaknya 870 ribu orang di Turki dan Suriah akan sangat membutuhkan bantuan makanan panas. PBB memperkirakan, hingga 5,3 juta orang di Suriah telah kehilangan tempat tinggal akibat gempa.

Hal itu memperparah krisis kemanusiaan yang dihadapi Suriah. Sebab konflik sipil yang sudah berlangsung di sana sejak 2011 belum berakhir hingga kini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: