Anak-anak Turki Main-mainan 'Gempa Bumi', Pakai Balok dan Mobil-mobilan
Anak-anak Turki yang kehilangan tempat tinggal akibat gempa dahayat yang pekan lalu telah belajar untuk mengatasi apa yang terjadi.
Seorang guru mengatakan, kecemasan mereka yang berkelanjutan atas gempa susulan dengan bermain 'gempa bumi' dengan balok-balok bangunan.
Baca Juga: Sebar Hoaks Soal Gempa di Media Sosial, 78 Orang Ditangkap Polisi Turki
"Mereka berbicara tentang gempa. Mereka membangun balok dan berkata ... 'apakah ini baik untuk gempa bumi?' dan 'apakah stabil?'," kata guru Busra Civelek, yang menjaga 22 anak di ruang kelas darurat di kapal feri yang telah diubah menjadi klinik dan tempat berlindung di pelabuhan Iskenderun.
Mereka juga bermain dengan mainan mobil pemadam kebakaran.
"Mereka bilang... 'Kita harus pergi ke (zona) gempa dengan cepat'," katanya, seperti dilansir Reuters.
Jumlah korban tewas gabungan di Turki dan Suriah telah meningkat lebih dari 41.000, dan jutaan orang membutuhkan bantuan kemanusiaan setelah kehilangan tempat tinggal dan tanpa fasilitas dasar.
Hasibe Ebru, seorang psikiater yang bekerja di feri, mengatakan orang lain sering menangis dan sulit tidur.
"Saya beri tahu (para penyintas gempa) bahwa apa yang mereka alami adalah normal dan gejala ini akan berangsur-angsur berkurang di lingkungan yang aman," katanya.
"Ini benar-benar menenangkan mereka. Mereka merasa lega ketika mengetahui bahwa mereka tidak menjadi gila, mereka sebenarnya waras dan ini adalah sesuatu yang akan dialami oleh orang normal. Kami memantau mereka sepanjang hari," terang Ebru.
Efek kesehatan mental jangka panjang hanya dapat dipahami seiring berjalannya waktu karena orang memproses trauma dengan cara yang berbeda.
Luasnya korban trauma yang dialami sangat besar. Beberapa telah ditarik dari puing-puing setelah berjam-jam dalam dingin dan kegelapan untuk menemukan anggota keluarga telah meninggal atau hilang, dan lingkungan yang sibuk di mana mereka tinggal telah direduksi menjadi gundukan beton yang hancur.
Dokter mengatakan mereka merawat semakin banyak pasien yang menderita gangguan stres pasca-trauma dan serangan panik setelah gempa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement