Pengamat politik, Rocky Gerung, mengkritisi suasana politik beberapa waktu terakhir yang disebut cair yang diartikan tidak ada arah.
Ia berpendapat, sebenarnya dinamika politik hari ini diarahkan untuk penundaan pemilu.
"Kita lihat kasak-kusuk di bawah, dan semua aparat kekuasaan dimobilisasi untuk penundaan itu, itu bahaya," kata Rocky di Asrama Haji Pondok Gede, Rabu (15/2/2023).
Ia menilai, kondisi sebenarnya berbahaya kalau kekuasaan tidak percaya kepada dirinya sendiri karena malah bisa dimanfaatkan. Seperti kesederhanaan rakyat atau pengetahuan rakyat yang terbatas tentang politik bisa dimanfaatkan.
Rocky turut mengaitkan mobilisasi yang dimaksud untuk penundaan pemilu itu dengan perpanjangan jabatan yang digaungkan kepala-kepala daerah beberapa waktu terakhir.
Bahkan, mendapatkan dukungan dari salah satu partai di DPR RI.
"Bukan termasuk, justru itu (mobilisasinya)," ujar Rocky.
Oleh karena itu, ia menekankan, akan memberikan dukungan kepada partai-partai manapun yang ingin membawa perubahan terhadap bangsa Indonesia.
Rocky menegaskan, perubahan itu bukan cuma dari sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi), tapi perubahan dari rezim.
Terkait sistem pemilu proporsional tertutup atau terbuka, ia mengaku sudah mendengar info-info yang menyatakan hasilnya akan tertutup.
Rocky merasa, di Indonesia proporsional tertutup bisa bagus kalau sistem politiknya terbuka.
"Tapi, kalau sistem politiknya tertutup, di partai tertutup, pemilunya tertutup akan semakin buruk," kata Rocky.
Hal itu disampaikan Rocky Gerung usai menjadi salah satu panelis dalam diskusi panel yang digelar dalam Rakernas I Partai Ummat di Asrama Haji Pondok Gede. Rocky mengisi diskusi panel bersama pengamat politik lain, Chusnul Mar'iyah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement