Lewat Badan Tim Nasional, Pakar Optimis Erick Thohir Bawa Sepak Bola Indonesia Mendunia
Sebagaimana diketahui, salah satu alasan Erick Thohir menghidupkan BTN adalah untuk melakukan pembinaan usia muda secara berjenjang, karena program pembinaan usia muda selama ini tidak berjalan dengan baik, padahal di Indonesia banyak sekali sekolah sepak bola (SSB) tapi tidak mampu menghasilkan talenta muda yang berbakat.
“Selama ini menurut saya belum berjalan dengan baik hanya berbicara soal kuantitas, banyak-banyakan SSB tetapi benefitnya yang tak efektif, karena pengelolaan SSB kayak gitu aja," ungkapnya
Dikatakan Prof. Djoko Pekik, BTN ini perlu meyusun suatu manajemen yang memiliki standar kualitas yang bagus dan ditopang dengan peta jalan atau rencana jangka panjang pengembangan sepak bola, terutama pada asepek pembinaan.
Sehingga salah satu tugas PSSI nanti adalah membuat suatu peraturan organisasi atau apa yang terkait dengan standarisasi manajemen usia muda dari aspek pelatihnya, kurikulumnya, kemudian kompetisi berjenjang "Itu harus menjadi bagian tugas utama dari Pak Erick dan kawan-kawan untuk pembinaan usia muda,” paparnya.
Prof. Djoko Pekik pun mengakui, kompetisi usia muda di Indonesia sekarang terabaikan karena PSSI hanya mengurus yang elit dan usia muda terabaikan, meski ada kompetisi piala Danone dan liga Kompas. “Tapi itu kan seolah-olah terpecah-pecah, bukan berarti nggak boleh ya, boleh ada liga Danone, Kompas tetapi berada dalam satu sistem yang dikendalikan oleh PSSI,” paparnya.
Lebih jauh Prof. Djoko Pekik menyatakan, optimis dengan keseriusan Erick Thohir dalam menghidupkan kembali program BTN akan ditangani oleh orang-orang yang tepat, maka target Indonesia lolos ke Piala Dunia tahun 2040 akan terealisasi asalkan sungguh-sungguh membenahi sepak bola Indonesia.
“Secara sungguh-sungguh tidak sekedar pada finance oriented atau orientasi-orientasi yang lain, tetapi betul-betul kita bertekad untuk bagaimana menduniakan sepak bola Indonesia dengan segala sistem yang ada, saya kira mampu bisa (lolos piala dunia 2024-red),” yakinnya.
Prof. Djoko Pekik pun mengingatkan Erick Thohir agar tidak mengulang kebiasaan pengurus lama yang suka melakukan naturalisasi pemain. Pasalnya, langkah naturalisasi ini sudah seperti program rutin di kepengurusan PSSI sebelumnya, dan pada akhirnya talenta-talenta muda Indonesia terabaikan.
“Dan lagi begini, tidak usahlah kita mengandalkan naturalisasi, ya boleh tetapi hanya invest sesaat saja. Jangan digunakan sebagai suatu program yang tersistem, itu hanya untuk setting stone aja misalnya bagaimana agar 2020 karena waktunya mendesak, kita menjadi tuan rumah word cup U-20, terus kita ngambil naturalisasi ITS oke lah,” paparnya.
“Tetapi kedepan, sudah tidak boleh lagi lah yang kayak gitu short term jangan lah kita harus pakai long term lah,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement