Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mamah Dedeh, Pimpinan MPR, Hingga Rocky Gerung Tangkis Dugaan Megawati Soal Ibu-ibu Pengajian yang Tak Bisa Urus Anak

Mamah Dedeh, Pimpinan MPR, Hingga Rocky Gerung Tangkis Dugaan Megawati Soal Ibu-ibu Pengajian yang Tak Bisa Urus Anak Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K

Mamah Dedeh juga menyampaikan jika guru mengaji dan ibu-ibu yang ikut pengajian tahu cara membagi waktu untuk mengurus keluarga, suami, anak-anak, masak, dan merapikan rumah.



"Jangan khawatir, justru ibu-ibu yang rajin ngaji dia tahu persis membagi waktu dan menghargai waktu, kita yang mengatur waktu, bukan waktu yang mengatur kita," katanya.



Komentar Menohok Rocky Gerung

Komentar menohok juga disampaikan Rocky Gerung guna menanggapi ucapan Megawati yang disebut-sebut menyindir kegiatan ibu-ibu pengajian.

Menurutnya, Megawati gagal paham soal ibu-ibu yang gemar mengaji karena kegiatan itu sudah menjadi kultur keagamaan yang sudah lama terbentuk di Indonesia. 

"Ibu Mega gagal untuk mengerti bahwa justru keadaan itu kalau diterangkan rakyat bereaksi kan? Misalnya soal ibu-ibu pengajian, itu kan mestinya mengerti bahwa mayoritas ibu-ibu pengajian itu punya kultur yang udah terbentuk,” jelas Rocky melalui kanal Youtube Rocky Gerung Official yang juga bersama Hersubeno Arief dari Forum News Network (FNN), dikutip Senin (20/2/23).

Menurut Rocky, Megawati sangat butuh wong cilik yang mayoritas muslim. 

Baca Juga: Nyinyir Ibu-ibu Pengajian Soal Mengurus Anak, Megawati Kena Semprot Balik: Bagaimana Kalau Ibu-ibu Ngurus Partai Politik?

"Padahal Ibu Mega butuh dukungan dari wong cilik yang juga pasti Muslim kan?" ucapnya.

Rocky Gerung menegaskan Megawati memang bukan berbasis wong cilik.

“Dari dulu Bu Mega nggak dekat dengan wong cilik, Ibu Mega adalah anak istana, anak presiden Soekano,” jelas Rocky.

“Ke-wong cilik-an itu ada di Bung Karno bukan di Bu Mega, kalau orang tanya Marhaenisme itu Soekarno yang bergaul dengan rakyat, Ibu Mega tidak, dari sisi biografinya,” tambahnya.

Karena itu, PDIP sangat cocok jika dikaitkan dengan wong cilik dari sisi Soekarno.

“Kalau Bung Karno misalnya masih hidup dia evaluasi kelakuan budaya dan kelakuan ekonomi dari kader PDIP, Bung Karno bakal geleng-geleng kepala, semua pejabat PDIP itu mewah mulai dari jam tangan, mobil, sepatu, dll,” jelasnya.

“Itu bukan tanda mereka pernah turun ke wilayah bandung selatan di mana Bung Karno bertemu Marhaen yang berlumuran lumpur di pinggir sawah. Bahkan dianggap cara menanam padi Puan Marhani nggak ngerti, bagaimana mau bergaul dengan Marhaen." tambahnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: