Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Orang-orang Mulai Bisa Melintasi Jembatan Krimea Usai Aksi Terorisme

Orang-orang Mulai Bisa Melintasi Jembatan Krimea Usai Aksi Terorisme Kredit Foto: Reuters/Sputnik/Mikhail Metzel
Warta Ekonomi, Moskow -

Jembatan Krimea, yang menjadi sasaran serangan sabotase Ukraina beberapa bulan lalu, telah melanjutkan lalu lintas jalan dengan kapasitas penuh, kata Wakil Perdana Menteri Rusia Marat Khusnullin, Kamis (23/2/2023).

"Jembatan Krimea terbuka penuh untuk lalu lintas mobil di semua jalurnya 39 hari lebih cepat dari jadwal," katanya. Khusnullin menambahkan, langkah itu dilakukan setelah uji daya dukung bentang jembatan berhasil dilakukan.

Baca Juga: Tahu Serangan Krimea Didalangi Amerika, Jawaban Santai Rusia Malah Bikin Terkejut karena...

Menurut pejabat tersebut, perbaikan dilakukan untuk membatasi dampak pada pengoperasian struktur.

“Sudah tanggal 5 Desember, dua minggu lebih cepat dari jadwal, kita buka sisi kanan jembatan yang paling parah rusaknya,” komentarnya.

Wakil perdana menteri juga mengindikasikan bahwa pihak berwenang berencana untuk memulihkan bagian rel kereta api dari jembatan tersebut pada Juli 2023, dan pekerjaan sedang dilakukan untuk membangun kembali infrastruktur terkait.

“Elemen struktural saat ini sedang dirakit dan persiapan sedang dilakukan untuk pemasangannya. Pekerjaan dilakukan sepanjang waktu dalam dua shift, melibatkan 305 orang dan 32 unit mesin, ” jelas Khusnullin.

Setelah ledakan itu, pihak berwenang Rusia berhasil melanjutkan lalu lintas jalan di jembatan tersebut dalam beberapa jam, dan sejak itu jarang berhenti. Layanan kereta api juga dipulihkan tak lama setelah kejadian tersebut.

Jembatan Krimea, yang berfungsi sebagai penghubung kritis antara semenanjung dan daratan Rusia, rusak dalam ledakan truk pada 8 Oktober, yang menewaskan sedikitnya empat orang.

Pada saat itu, ledakan tersebut menyebabkan runtuhnya sebagian jalan yang digunakan oleh mobil dan kebakaran di bagian rel paralel tempat tujuh tangki bahan bakar dinyalakan.

Penyelidik Rusia mengatakan serangan itu diatur oleh intelijen militer Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim bahwa Kiev "tidak memerintahkan" ledakan itu.

Moskow menuduh Kiev menggunakan "taktik teroris" dan kemudian meningkatkan serangan rudal skala besar terhadap instalasi militer dan fasilitas energi Ukraina, yang menyebabkan pemadaman bergilir di seluruh negeri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: