Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahu Kepentingan Amerika di Atas Segalanya, Putin Murka: Banyak Negara Bergantung pada Kalian!

Tahu Kepentingan Amerika di Atas Segalanya, Putin Murka: Banyak Negara Bergantung pada Kalian! Kredit Foto: Reuters/Sputnik/Sergey Guneev
Warta Ekonomi, Moskow -

Presiden Rusia Vladimir Putin membaca arah tatanan dunia baru yang dibentuk hanya untuk kepentingan Amerika Serikat. 

Putin pun menentang situasi itu karena menurutnya beberapa negara sangat bergantung pada AS, terutama terkait ekonomi maupun militer.

Baca Juga: Terkuak Alasan Putin Bakal Mengacak-acak Agenda 'Mengerikan' Amerika!

“Apa yang kita lawan? Melawan fakta bahwa dunia baru yang sedang terbentuk dibangun hanya untuk kepentingan satu negara, dalam hal ini AS,” kata Putin dalam wawancara dengan Rossiya-1 yang disiarkan pada Minggu (26/2/2023).

“Mereka ingin melakukan hal itu, saya jamin, semua orang mengerti ini,” ujarnya.

Putin pun menyinggung, negara-negara tersebut yakin memerangi Rusia sejalan dengan kepentingan AS.

“Bahkan satelit (sekutu AS) termasuk dalam pertarungan bersama ini, namun demikian, mereka sangat sadar bahwa semua yang dilakukan AS hanya sejalan dengan kepentingan egois mereka. Seringkali itu bahkan tidak sesuai dengan kepentingan sekutu mereka,” katanya.

Pemimpin Rusia ini yakin sikap yang diterapkan oleh pemerintahannya untuk dunia multipolar akan menang pada akhirnya. Optimisme ini pun muncul menyakut konflik Ukraina.

Menurut Putin, aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Barat terlibat dalam perang karena mereka memasok senjata ke Kiev. Dia mengatakan Moskow perlu memperhitungkan persenjataan nuklir seluruh sekutu AS itu.

“Di tengah kondisi saat ini, karena semua negara NATO terkemuka telah mengumumkan kekalahan strategis kami sebagai tujuan utama mereka ... bagaimana mungkin kami tidak mempertimbangkan potensi nuklir mereka?” ujar Putin menegaskan.

Putin mengatakan, Barat hanya akan memasukkan Rusia ke dalam keluarga masyarakat beradab yang diklaim kelompok tersebut setelah memecah negara itu menjadi bagian-bagian yang terpisah.

"Untuk apa? Untuk memesan bagian-bagian itu dan menempatkannya di bawah kendali mereka," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: