Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cara Berinvestasi Saham Mulai dari Nol, Jangan Lakukan Hal Ini Kalau Masih Pemula!

Cara Berinvestasi Saham Mulai dari Nol, Jangan Lakukan Hal Ini Kalau Masih Pemula! Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saham adalah salah satu instrumen investasi di pasar modal. Kemudian, modal perusahaan dicatatkan di laporan keuangan dalam bentuk saham. Siapapun yang membeli saham ini akan mendapatkan sertifikat bukti kepemilikan perusahaan atau saham. Bahkan hari ini sudah tercatat secara elektronik berkat teknologi yang semakin canggih.

Lebih lanjut, CEO ZAP Finance Prita Ghozie menjelaskan saham lebih lanjut dengan menganalogikan sapi betina yang diajarkan oleh ayahnya sendiri, co-founder ZAP Finance Dr. Ir. Iwan P. Pontjowinoto, MM, CFP.

Misalnya, ada tiga orang yang ingin membeli sapi betina seharga Rp9 juta. Kemudian, masing-masing membayar Rp3 juta untuk membeli sapi tersebut. Sapi itu pun dirawatnya dengan harapan mendapatkan susu setiap hari dan melahirkan anak sapi setahun sekali.

Baca Juga: Gimana Nasib Saham PGE Usai IPO, Begini Kata Ekonom

Adapun 20 liter susu sapi bisa disebutkan sebagai dividen atau expected weekly income. Sementara anak sapi bisa disebutkan sebagai capital gain atau expected annual income. Sapi betina yang dibeli adalah investasinya. Ketiga oran itu pun mendapatkan hal yang sama yaitu 1/3 atas sapi dan semua hasilnya.

Kemudian, enam bulan berikut sapi betina itu pun bunting sehingga akan ada anak sapi. Sapi betina itu juga menghasilkan 24 liter susu per minggu, yang mana melebihi ekspektasi. Itu berarti investment outlook-nya bagus sekali.

Namun, suatu hari salah satu pembeli sapi ini membutuhkan uang tunai dan ingin menjual hak atas sapinya. Karena sapi tersebut sedang bunting dan menghasilkan susu yang lebih dari ekspektasi, sehingga ketika dibawa ke pasaran harga sapi itupun menjadi Rp12 juta. Itu berarti, nilai investasi masing-masing menjadi Rp4 juta dari harga awal Rp3 juta, untung Rp1 juta. Itulah cara memahami saham lewat analogi sapi betina.

Lantas, bagaimana cara membeli saham? Caranya adalah dengan melalui perusahaan sekuritas dan mendaftar sebagai nasabah, bisa secara offline atau online. Cara esensialnya adalah memilih saham terlebih dahulu, baru memilih sekuritas.

Misalnya kita membuka rekening efek di perusahaan sekuritas biasanya membutuhkan KTP dan NPWP karena berinvestasi saham harus di atas 17 tahun. Kemudian, kita diharuskan membuka rekening dana nasabah di bank yang biasanya sudah dipilihkan banknya. Setelah itu, kita akan diminta untuk menyetorkan dana sesuai yang diminta perusahaan sekuritas. Jika dana sudah tersedia di rekening nasabah milik kita, maka kita bisa membeli saham.

Jadi, kita harus membeli saham terlebih dahulu baru menjual. Kalau mau jual saham tanpa membeli, itu namanya short-selling, dan cara ini salah secara hukum syariah Islam serta berbahaya untuk pemula.

Adapun harga saham yang paling murah yaitu Rp50 sehingga untuk membeli 1 lot yakni 100 lembar saham hanya sehargar Rp5.000. Dengan tujuan keuangan, kamu akan menjadi investor yang bijak dan benar sehingga tidak berangan-angan soal untung besar. Terlebih, setiap emiten memiliki karakteristiknya tersendiri sehingga kita harus memahami analisa fundamental dari setiap saham emiten yang mau kita beli.

Itulah mengapa saham yang seharusnya kita beli adalah yang sesuai kebutuhan, bukan ikut-ikutan. Tapi kalau kamu memang bingung, boleh loh berinvestasi pada TOP 10 Saham Big Cap yang tersedia di IDX.

Namun, baiknya kamu memahami ini dulu ya sebelum memutuskan untuk berinvestasi saham!

1. Memiliki dana darurat

Jangan memulai investasi saham tanpa dana darurat. Jumlahnya bisa dimulai dari 3x pengeluaran rutin bulanan.

2. Tentukan untuk apa kita membeli saham

Bisa untuk trading atau investasi. Untuk trader, pastikan tidak rakus, memakai uang dingin dan menghindari margin trading. Sementara jika ingin berinvestasi, maka harus berpegang pada analisa fundamental karena rasio-rasionya sudah banyak tersedia di platform aplikasi. Kita juga harus mempelajari sektor mana saja yang sesuai untuk berinvestasi dalam jangka waktu 5-10 tahun.

3. Selalu upayakan profit taking untuk keuntungan saja

Misalnya kamu sudah untung 50% dari saham A, maka lebih baik dipindahkan ke reksa dana pasar uang atau emas.

4. Konsisten HAPSARI (Hanya Perlu Selembar Aja Sehari)

Ambil nominal yang 'receh' untuk kamu tabung setiap harinya. Sehingga, dalam setiap bulan, kamu bisa berinvestasi. Misalnya Rp10 ribu per hari, itu berarti akan menjadi Rp300 ribu per bulan.

5. Selalu tenang saat mengambil keputusan

Investasi di pasar modal banyak godaan untuk rakus atau tak sabaran. Kuncinya adalah selalu tenang.

Terakhir, jangan lakukan ini jika kamu ingin berinvestasi saham:

1. Jangan gunakan uang operasional

Pastikan saat ingin berinvestasi saham, itu adalah dana yang kita sisihkan dari penghasilan.

2. Jangan ikut-ikutan atau FOMO

Berinvestasi saham jangan ikut-ikutan atau FOMO, apalagi sekadar memakai produk perusahaan itu lalu dibeli emiten perusahaannya. Kita harus memahami fundamentalnya dan bagaimana manajemennya dikelola.

3. Jangan menggunakan fitur margin trading untuk investor pemula

Fitur tersebut memang disediakan tetapi untuk investor kawakan, jadi untuk pemula jangan coba-coba ya.

4. Jangan tergoda mengambil pinjaman online atau menggadaikan aset

Terakhir, jangan sampai tergoda mengambil pinjol atau menggadaikan aset hanya untuk menambah investasi saham.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Advertisement

Bagikan Artikel: