Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anies Baswedan Bilang Politik Identitas Tak Terhindarkan, Terang-terangan Sudah Mengakui?

Anies Baswedan Bilang Politik Identitas Tak Terhindarkan, Terang-terangan Sudah Mengakui? Kredit Foto: Ig @aniesbaswedan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Perubahan Anies Baswedan menjelaskan panjang lebar ketika ditanya mengenai politik identitas yang digunakannya untuk memenangkan Pilkada 2017. Hal ini ditanyakan oleh Jurnalis ABC Australia, Beverley O'Connor.

"Anda sangat dikritik karena kampanye yang sangat membelah, ketika Anda mencalonkan Gubernur dan menang. Anda bekerja sama, Anda memainkan kartu agama dan hal itu menghantui Anda sejak saat itu. Apakah Anda menyesalinya?" tanya Beverley dalam bahasa Inggris dikutip dari unggahan Twitter Anies Baswedan, Senin (20/3/2023).

Baca Juga: Sebut Safari Politik Anies Baswedan di Surabaya Sepi Peminat, Hasto PDIP Jujur: Rakyat Tahu Siapa yang Membangun

Dengan retorikanya Anies menyambut pertanyaan itu. Menurutnya, Pemilihan Umum (Pemilu) selalu ada keterbelahan. Dia beralasan setiap calon yang bersaing selalu punya identitas yang melekat pada dirinya.

Contohnya, jika kandidat berbeda jenis kelamin, satu laki-laki dan satu perempuan, maka isu gender akan mendominasi pembicaraan. Itu bisa menjadi faktor keterbelahan.

"Politik identitas itu adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Misalnya yang bersaing laki-laki dan perempuan maka disitu identitas gender," tutur Anies.

Dan kemudian jika calon berasal dai kelompok etnis berbeda, maka faktor etnis dapat menjadi faktor keterbelahan.

Jangankan Pemilu, hal sama terjadi saat referendum. Ia mencontohkan saat penentuan Britania Raya apakah akan keluar dari Uni Eropa atau tidak.

Baca Juga: Anies Baswedan Sebut Wajar Jika dalam Pemilu Ada Politik Identitas: Itu Sesuatu yang Tak Terhindarkan!

"Dan bahkan ketika Anda mengadakan referendum di mana tidak ada orang untuk dipilih. Tidak ada keterlibatan isu agama, tetap bisa jadi pembelahan. Misalnya Brexlit, terjadi keterbelahan di sana. Tidak ada kandidat, tidak ada agama, tidak ada aliran kepercayaan dalam referendum tersebut," terangnya.

Sama saja jika ada calon muslim dan calon Kristen, maka isu agama jadi perhitungan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: