Analis politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, A Luhur Prianto, menilai sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bertemu dengan lima ketua partai politik sebagai upaya untuk menunjukkan superioritasnya, terutama kepada PDIP dan Megawati Soekarnoputri.
Jokowi ingin memperlihatkan bahwa ia yang mengendalikan partai-partai politik untuk calon suksesornya. Apalagi, PDIP telah "menampar" pemerintah dengan batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Baca Juga: Pengamat Berharap PDIP Tidak Gabung Koalisi Besar Istana: Pemilu 2024 Bisa Jadi Tidak Menarik!
"Terutama jika Mega dan PDIP punya capres yang berbeda dengan Jokowi," kata A Luhur Prianto, belum lama ini, melansir fajar.co.id, Rabu (5/4/2023).
Secara taktis, usaha Jokowi pun terbukti. Ia terlihat mampu mengatur langkah politik Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Namun, Ganjar pun memahami bahwa ia akan sulit meraih cita-cita politiknya tanpa dukungan PDIP.
Karenanya, persiapan Piala Dunia U-20 menjadi momentum bagi Ganjar untuk menunjukkan loyalitasnya atas sikap PDIP meskipun dengan risiko menjadi musuh bersama publik sepak bola Indonesia.
Bagi Ganjar, hal itu menunjukkan bahwa dia siap menjadi risk-taker dan pasang badan atas sikap partainya. Adapun usaha Prabowo merebut dukungan Jokowi masih sulit diterima relawan dan pendukung Jokowi.
Kedekatan dengan Jokowi pun membuat Prabowo banyak kehilangan pendukung yang kini melihatnya sebagai sosok pragmatis. Soal kekecewaan pada Ganjar, itu tidak akan bertahan lama. Ia akan tergantikan isu-isu dan blunder politik capres lain.
"Kasus Piala Dunia U-20 hanya membuat pemilih pragmatis Ganjar mengafirmasi sikap politiknya," ujar Luhur.
Blunder Politik
Analis politik Unhas Ali Armunanto menilai apa yang dilakukan Ganjar adalah blunder politik meskipun bisa dianggap tidak terlalu fatal. Apalagi, masih ada waktu untuk mempertahankan popularitas.
"Tapi setidaknya itu menjadi soft-therapy bagi Ganjar untuk berhati-hati mengambil keputusan ke depan," kata Ali.
Dengan kondisi ini, justru pilihan Jokowi menjadi makin luas dengan kehadiran Prabowo. Bergabungnya PKB-Gerindra ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), lalu sosok Ganjar yang masih menjadi salah satu pilihan, maka ke depannya lebih pada persoalan bagaimana menemukam titik kompromi.
Apakah akan mengusung Ganjar atau Prabowo. "Atau dalam skenario di luar. Siapa kosong satu antara Ganjar atau Prabowo," katanya.
Justru blunder Ganjar ini lebih mengarah ke PDIP karena banyak muncul analisis bahwa ini upaya PDIP menggagalkan Piala U-20. Terlihat dari gerakan masif yang dilakukan oleh kader PDIP.
Bahkan, pengakuan terbaru dalam video yang viral, Bambang Pacul menyebut keputusan anggota DPR itu tergantung apa yang dikatakan ketua partai. "Ini juga secara tidak langsung ini merupakan citra PDIP dan akan mempersempit ruang PDIP," ujarnya.
Di sisi lain, KIB memberikan ruang alternatif yang lebih luas bagi Ganjar maupun Prabowo sehingga ke depan PDIP akan makin dilema dan terjepit dalam keputusannya sendiri. Bahkan dalam skenario terburuknya, bisa jadi PDIP harus bergabung ke KIB juga. Hal itu bisa terjadi karena tidak menentunya calon yang bisa diusung dalam pilpres.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Advertisement