Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ingatkan Para Politisi, Suporter Harap Jadikan Pelajaran Atas Batalnya Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Ingatkan Para Politisi, Suporter Harap Jadikan Pelajaran Atas Batalnya Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Piala Dunia U-20 2023 batal digelar di Indonesia setelah FIFA mencabut hak tuan rumah Indonesia. Pencabutan itu sendiri karena penolakan beberapa politisi dan segelintir ormas terhadap Israel sebagai salah satu peserta.

Ketua Viking Persib Club Tobias Ginanjar mengingatkan para politisi dan semua pihak, jika ingin melihat kemajuan sepak bola Indonesia agar belajar banyak atas kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.

Menurutnya, gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 ini tidak lepas dari intervensi politik oleh beberapa pihak.

Untuk itu, ia berharap agar ke depan pejabat daerah dan para politisi bisa memisahkan antara politik dan sepak bola demi sebuah kemajuan.

"Indonesia punya konstitusi, emang sebenarnya sepak bola itu harusnya dipisahkan banget (politik) ya, seharusnya kita mengarahkan ke sana karena sepak bola itu industri harusnya dibikin profesional terpisah, tapi kita hidup di negara Indonesia yang punya aturan yang jelas,” kata Tobias Ginanjar kepada wartawan dalam aksi 1.000 lilin dan doa syukur untuk sepak bola Indonesia di Taman Musik Centrum, Bandung, Minggu (9/4).

Dikatakan Tobias, semua pihak seharusnya mendukung penuh dan mengikuti seruan Presiden Jokowi agar ke depan politik dan sepak bola harus dipisahkan untuk kemajuan sepak bola Indonesia yang diinginkan bersama.

“Yang pasti kami sebagai pecinta sepak bola, karena gelaran sepak bola dunia di Indonesia tidak jadi, kami juga memahami keadaannya apa, tapi yang pasti saya sependapat dengan bapak Jokowi, pisahkan politik dengan olahraga,” ucapnya.

Meski demkian, Tobis mengucap syukur dan terima kasih atas perjuangan ketua umum PSSI dalam melakukan lobi-lobi dengan FIFA untuk keselamatan dan kemajuan sepak bola Indonesia.

“Sebagai suporter kita berterima kasih kepada Pak Erick dan semua pihak yang terlibat dalam melakukan lobi-lobi, dalam penyampaian pemahaman agar tidak menjatuhkan sanksi. Intinya semua yang terlibat agar Indonesia tidak dijatuhkan sanksi, Kita berterima kasih,” paparnya.

Menurut Tobias, sepak bola Indonesia dalam beberapa tahun ini sudah beberapa kali mengalami peristiwa menyedihkan, dari tragedi Kanjuruhan Malang, tewasnya suporter di stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), tragedi Kanjuruhan yang mengorbankan 135 nyawa, hingga batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Padahal, kata Tobias, Piala Dunia U-20 ini bisa dijadikan momentum kebangkitan sepak bola Indonesia ke depan.

“Indonesia ini udah beberapa kali ada momentum yang duka, baik itu yang gaungnya paling besar itu Kanjuruhan di mana ada 135 nyawa melayang, dan tentunya duka ini duka yang sangat mendalam," ungkapnya.

"Tentunya piala dunia ini kita harapkan bisa menjadi momentum agar Indonesia bisa belajar bagaimana penyelenggaraan pertandingan sepak bola secara baik ke depan, sehingga ke depan tidak ada lagi korban nyawa melayang sia-sia,” tambahnya.

Lanjut Tobias, dengan batalnya piala dunia ini tentunya harapan kita untuk bisa belajar bagaimana penyelenggaraan pertandingan dengan baik.

"Bagaimana pengamanan dengan baik itu terbuang sia-sia, harusnya kita bisa memetik pelajaran tapi ini tidak jadi,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: