Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hati-hati Penipuan, Jagalah Data Pribadi Saat Bertransaksi Online

Hati-hati Penipuan, Jagalah Data Pribadi Saat Bertransaksi Online Kaspersky | Kredit Foto: Unsplash/ Stillness InMotion
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan webinar Literasi Digital #MakinCakapDigital 2023 untuk komunitas di wilayah Kalimantan dengan tema "Jaga Data Pribadi dalam Transaksi Online" pada Selasa (11/4/2023). Kali ini hadir pembicara-pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2023 yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Dosen Ilmu Komunikasi UNY, Gilang Jiwana Adikara; Founder Digimom, Dahlia Febrina; dan Ketua Umum Relawan TIK, Fajar Eri Dianto.

We Are Social dan HootSuite pada awal 2023 yang mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia terus bertambah pesat dan kini mencapai 212,9 juta atau 77 persen dari total penduduk. Dengan maraknya penggunaan internet, penipuan online pun makin banyak ditemui para pengguna.

Baca Juga: Kemenkominfo Kenalkan Fitur dan Standar Komunitas Media Sosial

"Dari 2018 sampai 2021 penipuan online itu terjadi paling banyak di media sosial, baik di Instagram, WhatsApp, maupun Facebook. Jadi kalau marketplace justru aman dia, karena sudah punya sistem keamanan yang membuat pembeli dan penjual merasa yakin melakukan transaksi," ujar Dosen Ilmu Komunikasi UNY, Gilang Jiwana narasumber kegiatan literasi digital #makincakapdigital 2023 untuk komunitas di Kalimantan, Selasa (11/4/2023).

Menurut Gilang pada 2020 kasus penipuan online melalui media sosial sedang tinggi-tingginya lantaran masyarakat dipaksa migrasi ke digital secara besar-besaran akibat Covid-19, sehingga banyak orang yang masih gagap teknologi. Kecenderungan penipuan online menurun pada 2021, namun masih sering terjadi.

Lebih lanjut produk-produk yang paling sering digunakan untuk penipuan merupakan barang fesyen dan kecantikan, lalu disusul barang elektronik dan marak pada 2021 kasus investasi bodong. Meski marak penipuan online, Gilang mengatakan pengguna media digital tetap bisa melindungi dirinya dari terkena penipuan yaitu dengan data pribadi yang saat diunggah di media sosial menjadi jejak digital.

Jejak digital sendiri merupakan rekam jejak data saat beraktivitas di ruang digital. Meskipun riskan, lantaran harus menjaga jejak digital tetap positif Jejak digital juga bisa dimanfaatkan untuk melindungi diri dari penipuan misalnya ulasan orang tentang suatu produk, fitur rating, hingga histori transaksi.

Baca Juga: Mudik Lebaran Ditemani Pertamina, Dijamin Hemat Sampai Pelosok Indonesia!

Narasumber berikutnya Founder Digimom, Dahlia Febrina mengungkapkan generasi digital bisa dianalogikan dengan anatomi tubuh manusia yang merepresentasikan konsumen cerdas dan beretika, meski sejak semua menjadi digital, untuk transaksi pembayaran sudah berpindah ke sistem Qris, M-banking, maupun transfer langsung. "Setelah memiliki pengetahuan dan kemampuan digital, maka harus etis dalam perilakunya bermedia digital, sehingga bisa merasa aman karena dilengkapi juga dengan budaya bermedia digital yang sesuai dengan asas nilai-nilai Pancasila yang telah mengakar di Indonesia," ungkap Dahlia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: