Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Utang Lunas Setelah 80 Tahun, Refly Harun Ungkap Nasib Rakyat Indonesia Dikorbankan Demi Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Utang Lunas Setelah 80 Tahun, Refly Harun Ungkap Nasib Rakyat Indonesia Dikorbankan Demi Kereta Cepat Jakarta-Bandung Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengakui, China masih menetapkan suku bunga pinjaman sebesar 3,4% untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).

Meskipun Luhut mencoba bernegosiasi agar China menurunkan suku bunga menjadi 2%, namun usahanya tersebut nihil.

Luhut menyatakan bahwa meskipun suku bunga 3,4% tersebut lebih tinggi dari yang diinginkan yaitu 2%, namun itu masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain yang rata-rata mematok suku bunga sebesar 6%.

Hal inilah yang membuat ahli hukum tata negara sekaligus pengamat politik, Refly Harun mengatakan Indonesia butuh lebih dari 80 tahun membayar hutang ke negara tirai bambu itu.

Baca Juga: Presiden Jokowi Sibuk Larang Buka Bersama, Luhut Binsar Pandjaitan Malah Bilang: Udah Kumpul Aja…

“Pemimpin-pemimpin disini sudah jadi tengkorak kali. Kalau saya usia sudah 130 tahun, Ya yang menanggung utang bakal anak cucu,” jelasnya.

Refly juga mempertanyakan urgensi membangun kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut. 

“Ngapain kereta cepat jakarta-bandung yang jaraknya pendek dan sebenarnya kita sudah punya infrastruktur yang cukup untuk Jakarta-Bandung?,” tanyanya.

“Ya tapi ya banyak spekulasi ya salah satu spekulasinya adalah ya waktu itu jelang Pilpres 2019 soal yang terkait dengan macam-macam lah ya salah satunya adalah political cost recovery ya,” jelasnya.

Jadi menurut dia ada yang namanya political investment yang membutuhkan fee dan lain sebagainya.

Baca Juga: Pengamat Sebut Luhut Binsar Pandjaitan Sengaja Temui Surya Paloh Demi Bujuk Tinggalkan Anies Baswedan

“Jadi memang rasanya kita perlu melakukan investigasi terhadap proyek-proyek yang diduga melibatkan konflik oleh ya penyidik independen sebagai bahan evaluasi kalau ada pemerintahan yang baru ke depan,” ungkapnya.

“Jangan sampai kita terjebak di lubang yang sama ya karena cost Pemilu besar lalu cos recovery yang kemudian dicari dan yang dikorbankan adalah masa depan rakyat Indonesia,” tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: