Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kecewa Piala Dunia U-20 Batal, Legenda Sepak Bola Nasional Imbau Kesampingkan Intervensi Politik

Kecewa Piala Dunia U-20 Batal, Legenda Sepak Bola Nasional Imbau Kesampingkan Intervensi Politik Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Legenda tim nasional (timnas) Ferril Raymond Hattu merasa kecewa dan sangat bersedih dengan peristiwa gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Menurutnya, Indonesia kehilangan kesempatan emasnya untuk menstimulus mimpi anak muda meraih mimpinya dengan tampil di event berskala Internasional.

"Saya sangat sedih begitu mendengar akhirnya kita tidak jadi menyelenggarakan itu saya sangat sedih kenapa? karena itu mengecewakan berjuta-juta anak muda kita dan komunitas sepak bola," ujar Ferril dalam acara Solidaritas Aksi 1.000 Lilin dan Doa Bersama untuk Solidaritas Sepak Bola Indonesia di Kayoon Heritage, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (15/4/2023).

"Bayangkan kita bisa menyelenggarakan event sebesar Piala Dunia itu pengalaman yang tidak pernah dilupakan karena apa? mereka bisa melihat langsung pemain-pemain U-20 seluruh dunia yang terbaik yang akan tampil di event ini," sambungnya.

Kapten Timnas Indonesia peraih emas Sea Games Manila 1991 itu menjelaskan, pengalaman bisa tampil di pertandingan level internasional dapat menjadi salah satu pemicu dan inspirasi bagi squad Garuda Muda untuk dapat lebih berprestasi.

"Nah itu suatu pengalaman, baik itu pemain sendiri merupakan pemicu atau stimulan untuk mereka bermimpi untuk bisa suatu saat aku akan seperti itu ini sangat luar biasa, saya merasakan bahwa bagaimana mimpi anak-anak itu harus di stimulan dengan event-event seperti itu," urainya.

Dijelaskan Ferril, selain bagi pemain, mengikuti kompetisi Piala Dunia juga bermanfaat bagi manajemen Timnas Indonesia dalam mengelola event sepak bola tingkat dunia.

"Kita tidak punya pengalaman ini, paling tinggi hanya Asian Games, Olimpiade kita nggak pernah, ini Piala Dunia bukan Asia, ini dunia tidak semua negara punya kesempatan seperti ini, kita biding dan kita ditunjuk ini kan suatu anugerah sebenarnya, cuma kita lewatkan kesempatan ini," katanya.

Ferril menyayangkan dicabutnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA ditengarai oleh intervensi politik karena menolak Timnas Israel tampil menjadi salah satu peserta.

Dikatakan Ferril, seharusnya para elite politik dan pejabat daerah bisa kesampingkan kepentingan politik yang berdampak buruk bagi sepak bola Indonesia.

Ia menilai, seharusnya penolakan Timnas Israel tidak perlu terjadi mengingat sudah ada komitmen bersama para pejabat terkait dalam pelaksanaan Piala Dunia U-20 dan bisa memilah sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kualitas tim nasional maupun potensi ekonomi yang didapat.

"Dari sisi sepak bola, harusnya kita bisa memilah ya bahwa manfaatnya ini sangat besar, kalau yang seperti itu bisa dibicarakan bagaimana, jadi jangan kepentingan sesaat mungkin ya karena pengaruh mau ada tahun politik di 2024. Tapi ini kan mimpi anak muda Indonesia," jelas Ferril.

"Dan bukan hanya mimpi anak-anak yang akan main itu saja tapi sebenarnya seluruh anak-anak yang di daerah-daerah itu bisa ditemukan, bayangkan kalau mereka punya semangat dan suatu kelak mereka bisa menjadi timnas," sambungnya.

Untuk itu, sembari menunggu kesempatan itu datang kembali, Ferril meminta PSSI dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas sepak bola nasional kedepan agar dapat meraih prestasi.

"Saya sangat berharap supaya jangan terlalu lama lah (berprestasi), kita sudah 32 tahun terlalu lama hanya untuk level Asia, saya itu sedih sebenarnya bukan senang, saya sangat sedih kenapa? karena kita ini punya potensi besar," urainya.

Meski ada kekecewaan yang sangat besar dari masyarakat akibat batalnya Piala Dunia U-20, Ferril mengaku optimis dibawah kepemimpinan Erick Thohir selaku ketua umum PSSI dapat melakukan suatu perubahan bagi sepak bola nasional dengan dukungan dari seluruh stakeholder sepak bola Indonesia.

Mengingat banyaknya persoalan, Ferril mendorong adanya kolaborasi positif yang didukung oleh masyarakat, termasuk media dan seluruh stakeholder yang memiliki satu pandangan dan frekuensi untuk memajukan untuk memperbaiki sepak bola Indonesia ke depan.

"Ini kerja orkestrasi besar, kolosal, tidak ada satu orang kuat di Indonesia raya ini yang bisa memperbaiki sepak bola Indonesia sendiri. Ini dari daerah dan seluruh stakeholder maupun pemerintah pusat, pemerintah daerah bahkan institusi militer kita mereka punya fasilitas itu harus terlibat," tuturnya.

Ferril berpandangan, agar tim nasional dapat berbuat banyak di level dunia, dia menyarankan para pemain muda sudah mulai diperbanyak berkiprah di luar negeri.

"Saya harap dan saya anjurkan seluruh pemain nasional yang muda-muda ini kalian main di luar negeri jangan main dulu Indonesia karena kamu tidak akan dapat apa-apa selain gaji, diluar mendapat ilmu, experience. Kita lihat STY sebagai pemain dia main di Piala Dunia sebagai pelatih dia melatih tim untuk masuk di Piala Dunia jadi dia punya wawasan lebih tinggi," ucapnya.

Ferril meyakini, jika para pemain tim nasional memiliki jam terbang atau pengalaman internasional yang cukup, sepak bola Indonesia akan lebih modern dan berkembang.

"Suatu waktu nanti kalau dia selesai bermain di level dunia, dia akan menjadi pemain hebat, pelatih hebat, kenapa karena dia punya experience atau cara pandang yang berbeda tentang sepak bola lebih modern karena kita memang lemah di situ," tukas Ferril.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: