Terjun Mencari Panggung, Dibacanya Strategi Politik Milik Anas Urbaningrum: Dia Meniru SBY
Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Ernesto Maraden Sitorus menyoroti manuver cari panggung yang dilakukan oleh Anas Urbaningrum.
Dirinya mengatakan hal tersebut sepertinya akan dilakukan oleh politikus senior tersebut cukup lama mengingat adanya Pilpres 2024.
Walaupun belum ada pernyataan resmi mengenai kapan terjunnya Anas, Fernando sudah membaca strategi yang akan digunakan oleh pendukung dari Anas.
Menurutnya, mereka akan memainkan narasi politik teraniaya atau seolah jadi korban demi meraih simpati publik.
"Upaya yang dibangun Anas dan para loyalis bahwa dia merupakan dikorbankan karena bertentangan dengan keinginan SBY mengenai posisi Ketum Partai Demokrat," kata Fernando kepada Republika, Selasa(11/4/2023).
Fernando meramalkan strategi politik teraniaya masih bisa digunakan untuk Pemilu 2024. Cara ini menurutnya, bisa mendongkrak elektabilitas Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) yang lekat dengan Anas.
Baca Juga: Haris Pertama Tegaskan KNPI Berada di Barisan Anas Urbaningrum: Kami Akan Berjuang!
PKN sendiri sudah terbentuk dan bisa mengikuti pemilu pada tahun depan. Walau pun Anas terganjal hukuman pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan publik selama lima tahun terhitung sejak selesai menjalani pidana pokok, setidaknya Anas tetap bisa menjadi pengurus atau simpatisan PKN.
"Diharapkan cara ini akan memberikan kesan positif terhadap Anas karena sebagai pihak yang teraniaya," ujar Fernando.
Fernando juga meyakini Anas Urbaningrum tetap memiliki loyalis dari berbagai daerah yang akan memberikan nilai tersendiri. Hal ini menurutnya patut dimanfaatkan oleh Anas demi elektabilitas PKN yang baru seumur jagung.
"Partai politik seperti PKN yang dikomandoi oleh Pasek tentu sangat berharap Anas memberikan dampak untuk kepentingan perolehan suara dan juga calon presiden (yang diusung PKN) yang akan memperbesar peluang kemenangan," ucap Fernando.
Diketahui, strategi politik teraniaya pernah digunakan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY menggunakan cara itu ketika menjadi Menteri di kabinet pimpinan Presiden Megawati.
Kubu SBY "membangun" narasi keinginannya menjadi Presiden nampak terhambat oleh Megawati. Narasi yang beredar itu membuat SBY sebagai sosok yang perlu "dikasihani" karena teraniaya oleh "bosnya" sendiri.
Cara itu akhirnya sukses menaikkan elektabilitas SBY hingga duduk di tahta Presiden RI dua kali berturut-turut. Padahal SBY maju sebagai Presiden dari Partai Demokrat yang baru dibentuk saat itu.
Baca Juga: PLN Tawarkan Skema Kerja Sama Pengembangan Panas Bumi
Diduga taktik semacam itu menuai reaksi positif karena mayoritas masyarskat merasa hidupnya teraniaya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement