Hapus Warisan Anies Baswedan, Solusi Heru Budi Nyatanya Enggak Efektif dalam Mengatasi Kemacetan
Pj Gubernur DKI Heru Budi Hartono sepertinya masih harus memutar otak dalam mencari solusi kemacetan di DKI Jakarta.
Dihapuskannya trotoar yang dibangun Anies Baswedan ternyata tak begitu efektif dalam mengatasi masalah klasik dari ibu kota tersebut.
Pengamatan Republika.co.id di lokasi pada sekitar pukul 09.00 WIB, kendaraan memadati arus satu arah di Jalan Wolter Monginsidi. Jalan tersebut turut menampung kendaraan dari Jalan Wijaya dan Jalan Suryo.
Kendaraan roda empat tampak bergerak lamban, termasuk di titik trotoar yang diganti jadi jalan raya yang diniatkan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta untuk mengatasi kemacetan.
Sementara kendaraan roda dua cenderung agresif dengan memakan badan trotoar. Jalan di sekitarnya tampak macet pula, terutama dari Jalan Wolter Monginsidi menuju Jalan Ciranjang, lalu Jalan Kertanegara, dan Jalan Suryo. Antrian kendaraan mengular sekitar 4 kilometer (km).
Namun, sebaliknya tidak terjadi kepadatan kendaraan dari Jalan Suryo menuju Jalan Wolter Monginsidi yang ke arah timur.
Baca Juga: DKI Jakarta Diurus Heru Budi, Roadmap Anies Baswedan Tetap Harus Diikuti: Dia Enggak Boleh Ngaco...
Kekesalan para pengguna jalan membuncah. Panas terik matahari turut memeriahkan kekesalan para pengendara. "Woy, makin macet Pak!" Kata seorang pengendara sepeda motor sambil melaju ke arah timur Jalan Monginsidi, kepada beberapa petugas Dinas Perhubungan yang tengah berjaga.
Sesekali terdengar makian para pengendara sepeda motor lainnya sembari melaju kendaraannya. Sejumlah pengendara tampak memelankan laju kendaraannya dan seolah sengaja mendekatkan diri pada petugas Dishub untuk menyampaikan uneg-unegnya dengan meninggikan dan menekan nada suaranya. Namun, kalimat atas uneg-uneg itu tidak terdengar jelas.
Seorang petugas Dishub yang berdiri di pinggir jalan mengatakan yang disampaikan para pengendara itu adalah bentuk protes atas makin macetnya kawasan tersebut. Hal itu sudah terjadi sekitar sepekan terakhir sejak dilakukan rekayasa lalin. Dia mengaku menjalankan tugas dari atasan dan hanya bertugas mengamankan dan menertibkan lalin.
Baca Juga: Dicetuskan Jokowi, Kubu Amien Rais Ogah Gabung Koalisi Besar: Dukung Anies Baswedan, Demi Perubahan!
Seorang warga bernama Dinda (25 tahun) mengatakan, rekayasa lalin yang dilakukan tidak mengatasi kemacetan sama sekali. Malah sebaliknya. Bahkan dia mengaku memilih berjalan kaki untuk sampai ke tempat kerjanya. "Aduh enggak efektif. Saya biasanya naik motor, tapi ini jalan kaki karena macet," kata dia.
Seorang warga yang bekerja di sekitar lokasi kemacetan mengatakan, memang sejak rekayasa lalin dilakukan, kemacetan cenderung makin parah. "Biasanya macetnya palingan pas sore saat jam pulang kerja. Kalau pagi menjelang siang begini tidak macet seperti ini," tutur dia.
Sebelumnya diketahui, Pemprov DKI Jakarta bersama Polda Metro Jaya melakukan rekayasa lalin di kawasan pertigaan lampu merah Santa, Jakarta Selatan. Dilakukan penutupan putar balik atau u-turn di Jalan Wolter Monginsidi menuju Tendean.
Dalam rekayasa lalin itu, trotoar yang ada di tengah pertigaan lampu merah Santa turut dikorbankan dengan cara dibongkar untuk menjadi jalan raya guna memfasilitasi kendaraan.
Kebijakan itu merupakan bagian penutupan 32 u-turn di Jakarta yang dicanangkan Dishub DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement