Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Prediksi Ketetapan 1 Syawal 1444 Hijriyah Berbeda dengan Muhammadiyah

Pemerintah Prediksi Ketetapan 1 Syawal 1444 Hijriyah Berbeda dengan Muhammadiyah Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama, Khafid, memprediksikan adanya perbedaan penetapan 1 Syawal 1444 Hijriyah antara pemerintah dengan Muhammadiyah. 

Dia mengatakan, kemungkinan terjadinya perbedaan 1 Syawal 1444 Hijriyah dikarenakan titik elongasi hilal belum memenuhi syarat yang ditetapkan MABIMS. Baca Juga: Hasil Sidang Isbat Diumumkan Pukul 7 Malam, Masyarakat Takbiran Dulu Atau Tarawih Lagi?

"Dengan peta elongasi kita bisa lihat bahwasanya secara global, elongasi kita mensyaratkan 6,4 derajat, sedangkan Indonesia baru di Aceh 3 derajat, atau 3 derajat lebih dikit. Kalau kita sampai dimaksimalkan paling barat Indonesia. Dengan kita lihat elongasinya pun belum memenuhi kriteria," kata Khafid dalam seminar sidang Isbat di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (20/4/23).

Menurut kriteria yang ditetapkan MABIMS, imkanur rukyat dinilai memenuhi syarat jika posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. 

Dia mengatakan, ketentuan tersebut adalah pembaruan dari kriteria sebelumnya, yakni 2 derajat dengan sudut elongasi 3 derajat yang mendapat masukan dan kritik.

Sehingga, kata Khafid, pemerintah memprediksikan 1 Syawal 1444 Hijriyah berbeda dengan yang ditetapkan Muhammadiyah. Dia pun menyebut, perbedaan itu tidak terjadi untuk pertama kalinya.

"Masyarakat juga sudah teredukasi bertahun-tahun dengan perbedaan semacam ini Insya Allah nggak terjadi apa-apa," tandasnya. Baca Juga: Gus Nadir Minta Masyarakat Ikut Idul Fitri Bareng Pemerintah karena Sesuai Fiqih, Tokoh Muhammadiyah Tegas: Jangan Bodohi Orang!

Sebelumnya, Muhammadiyah telah menetapkan awal bulan Syawal 1444 H jatuh pada Jumat (21/4/23). Muhammadiyah menetapkan awal bulan syawal dengan metode hisab, yaitu dengan cara perhitungan matematis dan astronomis dalam menentukan posisi bulan untuk menentukan dimulainya awal bulan pada kalender hijriyah. 

Sedangkan pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan awal bulan Syawal dengan menggunakan metode rukyatul hilal, yaitu sebuah metode penentuan awal bulan Hijriyah dengan cara mengamati hilal (bulan sabit) secara langsung dengan menggunakan teleskop. Jika hilal (bulan sabit) sudah terlihat di ketinggian 3 derajat, maka berarti sudah memasuki awal bulan baru.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: