Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bahaya! Konflik Horizontal TNI dan Polri di Tahun Politik, Rocky Gerung Buru-buru Kasih Wejangan

Bahaya! Konflik Horizontal TNI dan Polri di Tahun Politik, Rocky Gerung Buru-buru Kasih Wejangan Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pendiri Setara Insitute, Rocky Gerung menanggapi konflik horizontal antara TNI dan Polri yang terjadi belakangan ini. Salah satunya penyerangan Polres Jeneponto.

Hal itu disampaikan Rocky dalam Youtube Rocky Gerung Official yang diunggah, Sabtu (29/4/202). Berjudul “Bahaya! Konflik Horisontal TNI-Polri di tahun politik”.

Baca Juga: Kasus E-KTP Jadi Lebih Berat Dibanding Formula E, Rocky Gerung: Nama Ganjar Sudah Berkali-kali...

Mulanya, Jurnalis Senior, Hersubeno Arief menanyakan tanggapan Rocky terkait fenomena tersebut. Ia memaparkan dua kejadian, pertama di NTT dan kedua di Jenponto.

Hersubeno Arief menyebut, kejadian tersebut, berdasar narasi yang berkembang sengaja direkayasa oleh kepolisian.

Rocky pun memulai jawabannya dengan menjelaskan satu per satu dua insitusi itu. Bahwa polisi merupakan sipil yang dipersenjatai.

“Jadi bukan senjatanya yang duluan, tapi dia adalah orang sipil yang dipersenjatai. Orang sipil yang kemudian diberi tambahan senjata, karena harus mengatasi ketertiban sosial,” ungkapnya, dikutip fajar.co.id.

Sementara TNI, kata eks Dosen Universitas Indonesia ini, adalah profesional. Senjata dan tentara melekat.

“Polisi ngak begitu, polisi persuasif. Baru diizinkan untuk menggunakan alat-alat kekerasan,” ujarnya.

Rocky bilang, masyarakat kerap melihat polisi sebagai hal yang menakutkan. Padahal mestinya menyejukkan.

“Jadi kalau terjadi ketegangan seperti yang kemarin, itu menunjukkan etik kepolisian tidak cukup dihayati oleh mereka yang ada di lapangan,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, terkait pelaku penyerangan yang ada di Mapolres Jeneponto, Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen Totok Imam Santoso menyebut belum dapat memberikan kesimpulan.

Terlebih dituturkan Totok, jika penyerangan tersebut merupakan buah dari adanya kesalahpahaman antara 2 oknum TNI dan 1 polisi sebelum insiden penyerangan.

Totok mengatakan, kesalahpahaman itu tepatnya melibatkan dua oknum TNI yang sedang cuti ke Jeneponto yakni masing-masing dari Kodam V/Brawijaya dan Kodam XIII/Merdeka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: