Pemilu Makin Dekat, Capres Amerika Kutuk Serangan Drone ke Istana Putin
Robert F. Kennedy Jr. pada Kamis (4/5/2023) mengecam serangan pesawat nirawak (drone) yang menargetkan Kremlin, yang dituduhkan kepada Washington.
Calon presiden dari Partai Demokrat yang menantang Presiden Joe Biden untuk menjadi calon presiden ini juga mengingatkan warga Amerika Serikat bagaimana pamannya membantu mencegah perang nuklir dengan Uni Soviet.
Baca Juga: Rusia Bilang Penjahat dan Bandit Ada di Ukraina: Semua Gara-gara Ulah Amerika
"Bayangkan bagaimana kita akan merespons jika pasukan yang didukung Rusia melancarkan serangan pesawat tak berawak ke Gedung Kongres. Kita harus menghentikan upaya gila ini untuk meningkatkan perang," tweet Kennedy.
"Setelah berhasil meredakan Krisis Rudal Kuba, Presiden John Kennedy memperingatkan agar tidak lagi memaksa Rusia untuk memilih antara penghinaan nasional dan perang nuklir. Kita harus mengindahkan nasihatnya," tambahnya.
Kebuntuan tahun 1962 hampir saja mengakibatkan perang tembak antara AS dan Uni Soviet, yang melibatkan senjata atom. Masalah ini terselesaikan ketika Kennedy dan pemimpin Soviet Nikita Khrushchev menyetujui penarikan rudal nuklir Soviet dari Kuba dan rudal AS dari Turki.
RFK Jr. mengumumkan pencalonan dirinya sebagai presiden bulan lalu, dengan memanfaatkan nama keluarganya sebagai keponakan Presiden Kennedy dan putra dari saudaranya, Robert.
Dia menguraikan posisinya tentang hubungan AS-Rusia dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Rabu, dengan alasan bahwa Washington telah berulang kali berbohong kepada Moskow dan menginjak-injak "garis merah".
Kennedy juga menuduh pemerintah AS telah mengorbankan ratusan ribu nyawa warga Ukraina dalam perang proksi melawan Rusia, sambil mengutuk "invasi" Rusia dan mencatat bahwa putranya sendiri telah menjadi sukarelawan untuk berperang demi Kiev.
"Washington membutuhkan seorang pemimpin yang dapat berpikir seperti JFK selama Krisis Rudal Kuba dan menempatkan diri Anda pada posisi orang lain," katanya.
Dua pesawat tak berawak dilumpuhkan oleh pertahanan udara Rusia ketika mencoba menyerang kediaman presiden Rusia pada Rabu pagi. Presiden Vladimir Putin sedang berada di tempat lain dan tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut. Kiev secara resmi membantah bertanggung jawab.
Kremlin menggambarkan insiden tersebut sebagai sebuah percobaan pembunuhan dan mengatakan bahwa Rusia memiliki hak untuk membalas para pelaku pada waktu dan dengan cara yang dipilihnya.
Pada hari Kamis, juru bicara kepresidenan Dmitry Peskov menepis penyangkalan Kiev sebagai "menggelikan" tetapi mengatakan bahwa pelaku sebenarnya berada di luar negeri.
"Kami tahu betul bahwa keputusan untuk melakukan aksi teroris semacam itu tidak dibuat di Kiev, tetapi di Washington," kata Peskov kepada para wartawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement