Pedas! Asing Kritik KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Alasannya Masuk Akal
Tujuan wisata yang indah Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), akan menjadi tuan rumah bagi para pemimpin Asia Tenggara. Kota ini dinilai belum matang dalam menyambut penyelenggaran acara besar seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) KE-42 ASEAN 2023 pada Selasa hingga Kamis (9-11/5/2023).
Menurut laporan Associated Press, kota nelayan yang sangat luas dengan hanya tiga lampu lalu lintas dan sekitar 6.000 penduduk ini benar-benar kekurangan hotel untuk para diplomat, delegasi, dan jurnalis ASEAN. Banyak yang harus memutar otak untuk berbagi kamar.
Baca Juga: Di KTT ASEAN ke-42, Indonesia Kembali Serukan Penghentian Kekerasan di Myanmar
Sedangkan Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari mengatakan, Labuan Bajo belum siap dan tampaknya dipilih menjadi tuan rumah KTT dalam waktu singkat.
“Fasilitas hotel dan penginapan menjadi masalah. Ada kapal yang digunakan untuk akomodasi dan itu bukan kapal penginapan,” katanya.
Kota ini tidak seperti Pulau Bali yang lebih populer atau ibu kota Jakarta yang akan menjadi tuan rumah KTT-43 pada September yang telah biasa menyelenggarakan pertemuan internasional di hotel kelas atas dan pusat konvensi.
Labuan Bajo adalah kota yang jauh lebih kecil. Tidak ada bus umum, dan sebagian besar penduduk desa berkeliling dengan berjalan kaki, mengendarai motor, atau mengendarai mobil pribadi.
Pada Mimggu (7/5/2023), bandara kecil Labuan Bajo dipadati pengunjung. Tim diplomat dan jurnalis tiba untuk menyambut penyelenggara acara puncak yang mengumumkan moto KTT yang optimistis, “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.”
Di luar bandara, lalu lintas dengan cepat menumpuk di bawah terik matahari tengah hari. Saat matahari terbit pada Senin pagi (8/5/2023), para pekerja masih menyemen beberapa pinggir jalan di sekitar tempat tersebut, padahal ini sehari sebelum pembukaan puncak.
Tapi, Azril melihat, memilih kota pelabuhan kecil bukanlah ide yang buruk, jika disertai dengan perencanaan yang memadai dan investasi pemerintah di bidang infrastruktur. Terletak di ujung barat pulau Flores di selatan Indonesia, Labuan Bajo dikenal sebagai pintu gerbang ke Taman Nasional Komodo.
Tempat ini merupakan situs Warisan Dunia UNESCO dan satu-satunya tempat di dunia yang merupakan habitat komodo, kadal terbesar di dunia, ditemukan di alam liar.
Analis lingkungan dan pariwisata khawatir, kepentingan publik yang lebih luas dapat semakin menekan komodo yang sudah terancam punah. Hanya sekitar 3.300 yang diketahui ada pada tahun 2022.
“Jika lebih banyak orang datang, cepat atau lambat komodo tidak dapat berkembang biak dengan damai, ini bisa menjadi masalah,” kata Azahari mengutip kekhawatiran lama bahwa komodo dapat menghadapi kepunahan tanpa perlindungan penuh.
Meskipun ada banyak rintangan, para pejabat Indonesia mengatakan mereka akan melakukan segalanya untuk menjadi tuan rumah KTT ASEAN di Labuan Bajo dengan sukses dan aman.
“Jika ada keributan di tengah jalan, itu akan menjadi noda besar bagi martabat bangsa,” kata Bupati Kabupaten Manggarai Barat Edistasius Endi.
Selain itu, dampak penyelenggaran KTT ini, menurut Andre Kurniawan yang bekerja di pusat kendaraan di Labuan Bajo, pembangunan infrastruktur akan menjadi berkah untuk penduduk Labuan Bajo.
“Kami diisolasi dari beberapa daerah sebelumnya dan sekarang mereka terbuka dan daerah tersebut menjadi lebih baik. Saya berharap Labuan Bajo bisa menjadi kota wisata yang lebih baik ke depannya,” ujarnya.
Menyambut pengunjung ke kedai kopinya jelang KTT, Suti Ana mengatakan, meskipun Labuan Bajo bukan waktu terbaik untuk menjadi tuan rumah, acara tersebut akan meningkatkan bisnis lokal.
“Namun kita tidak bisa menunggu, jadi inilah saatnya,” kata warga lokal itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement