Anies Baswedan Gagal Nyapres Disebut Sebagai Skenario Sempurna Oligarki: 'Mudah Diatur Suaranya!'
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun angkat suara soal skenario hanya dua pasangan Capres-cawapres di Pilpres 2024.
Menurut Refly, hanya dua Paslon di Pilpres merupakan skenario sempurna keterlibatan oligarki. Hal ini Refly ungkapkan menyoroti soal kemungkinan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies Baswedan pecah seiring dengan PK kubu Moeldoko Cs ke MA terkait kepengurusan Partai Demokrat yang sah.
“Maka kalau misalnya akhirnya KPP tidak bisa mencapai minimal kursi 115, maka tentu partai yang tersisa dan yang diambil akan terserap atau memilih tidak mencalonkan siapa-siapa, akhirnya dua calon,” ujar Refly di diskusi “Forum Akademis: Membedah Persoalan Bangsa dan Negara Terkini”, Sabtu (27/5/23).
“Kalau sudah dua calon seperti ini menurut saya itu skenario sempurna dari oligarki, karena oligarki memang maunya dua calon karena dua calon mudah mengenai mengatur suaranya, jadi distribusi suaranya mudah sekali,” tambahnya.
Menurut Refly, saat suara peserta dari kubu oposisi tak bisa maju di Pilpres 2024, maka sangat besar kemungkinan pemilu sudah diskenariokan sebelum bertanding.
Hal ini karena semuanya merupakan orang-orang Jokowi saja yang bertarung di kontestasi 5 tahunan tersebut.
“Misalnya KPP tidak bisa, maka all president man, jadi semua orang presiden. Karena semua orang president maka tidak akan terjadi yang saya katakan Genuine Preisdent Election,” jelasnya.
Belum lagi, lanjut Refly, Pentolan CSIS telah menyebut memang ada usaha agar orang-orang pemerintahan saat ini saja yang bisa maju di Pilpres 2024, atau bahasa lainnya Anies Baswedan akan dijegal maju.
Refly mengaku sudah memerhatikan fenomena ini sejak lama tepatnya saat PAN bergabung ke pemerintahan yang artinya suara oposisi makin lemah, meskipun demikian, Surya Paloh dan NasDem menurutnya bawa suara harapan dengan berani ambil langkah berbeda dengan kubu istana.
“Kalau kita lihat pernyataan pendiri CSIS, terlihat ada upaya mengorkestrasi hanya dua calon, memang dilakukan,” jelasnya.
“Saya mengamati memang itu sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari ketika PAN direkrut ke pemerintahan. Tiba-tiba di tengah jalan, kita tahu PAN diambil dan tinggal Demokrat-PKS, tapi ada keberanian NasDem dan Surya Paloh untuk mbalelo dari grand koalisi itu dan mencalonkan dari luar kehendak istana, tapi kita tahu bahwa gangguan itu terjadi terus menerus,” tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement