Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Toko Buku Gunung Agung Tutup, Bukti Toko Buku Sekarang Tak Punya Inovasi?

Toko Buku Gunung Agung Tutup, Bukti Toko Buku Sekarang Tak Punya Inovasi? Kredit Foto: DJKI
Warta Ekonomi, Depok -

Setelah tujuh puluh tahun beroperasi, PT Gunung Agung Tiga Belas, perusahaan Toko Buku Gunung Agung, berencana menutup seluruh gerai tokonya pada akhir 2023. Keputusan ini diambil imbas dari perusahaan yang tidak sanggup menutupi biaya operasional yang semakin besar.

Pebisnis Rhenald Kasali menyatakan bahwa tumbangnya toko-toko buku merupakan imbas dari pemilik toko buku yang pasif dalam membuat strategi untuk menarik banyak pembeli. Oleh karena itu, toko buku yang tidak memiliki inovasi pada akhirnya akan terkalahkan dengan toko buku lain yang jeli dalam melihat peluang pasar.

“Dari waktu ke waktu, (toko buku) ukurannya tetap seperti itu saja. Diubah sedikit, balik lagi crowd (kerumunan orang) tidak datang. Pemilik toko buku tidak mencari bagaimana orang-orang bisa datang. Orang yang mencintai buku tidak datang ke sana, tapi datangnya ke toko sebelah. Kenapa begitu? Karena di toko sebelah selalu ada event, zaman sekarang toko tidak boleh pasif,” kata Rhenald, dikutip dari kanal Youtube Prof. Rhenald Kasali pada Rabu (31/5/2023).

Baca Juga: Toko Buku Gunung Agung Tumbang, Minat Baca Buku Masyarakat Makin Menurun?

Ia kemudian menganggap bahwa tutupnya Toko Buku Gunung Agung tidak hanya semata-mata karena faktor ekonomi. Menurutnya, secara bisnis merupakan hal yang lumrah apabila ada toko atau cabang yang tutup.

“Tidak benar bahwa tutupnya Toko Buku Gunung Agung adalah semata-mata karena keadaan ekonomi, karena pembaca berkurang minat baca, dan lain sebagainya. Toko buku sama saja dengan restoran atau toko-toko lain, ada yang tutup tapi ada yang buka lagi. Tapi kalau toko cabangnya tutup atau berkurang, biasa sajalah,” ungkapnya.

Dengan demikian, ia menjelaskan ada empat strategi yang bisa digunakan oleh pemilik toko buku untuk menarik banyak pembeli.

“Sekarang mari kita lihat lagi yang lain bagaimana toko buku ini berevolusi. Pertama, kita memerlukan orang-orang yang memiliki passion. Kedua, orang-orang ini harus selalu adaptif. Ketiga, harus mempunyai orang yang benar-benar dapat diandalkan. Keempat, memang harus efisien karena sekarang segala sesuatu itu turun ke bawah dan berkompetisi pada dataran yang jauh lebih praktis dan perusahaan dituntut menjadi lebih adaptif,” jelasnya.

Lebih lanjut, Rhenald menyayangkan tutupnya Toko Buku Gunung Agung. Baginya, toko buku harus selalu ada untuk mencerdaskan peradaban manusia. 

“Bagi saya, kematian Toko Buku Gunung Agung pantas kita tangisi, terutama bagi kita para pecinta buku. Tetapi toko buku tidak boleh berhenti karena tetap ada kebutuhan di masyarakat dan masyarakat yang cerdas selalu membutuhkan buku,” tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: