Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Riset Kredivo: Pasca Pandemi, Kombinasi Belanja online dan offline Menjadi Tren

Riset Kredivo: Pasca Pandemi, Kombinasi Belanja online dan offline Menjadi Tren Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perilaku belanja online di e-commerce semakin menjadi keseharian masyarakat, salah satunya diakselerasi oleh pandemi. Kini, memasuki masa pasca pandemi, pola belanja tersebut diprediksi tetap melekat dengan keseharian masyarakat, terlebih dengan tersedianya metode pembayaran digital yang menawarkan kemudahan dan fleksibilitas.

Untuk mengetahui perilaku konsumen e-commerce, Kredivo dan Katadata Insight Center kembali meluncurkan riset tahunannya guna menganalisa lebih lanjut terkait tren elanja konsumen di e-commerce dan penggunaan Paylater yang terus berkembang.

Di tahun ke-4 ini, hasil analisis riset tersebut memanfaatkan 22 juta sampel transaksi yang berasal dari 2,2 juta sampel pengguna Kredivo di 34 provinsi dan di enam e-commerce terkemuka di Indonesia pada periode dari Januari hingga Desember 2022. Baca Juga: Perluas Pasar Offline, Kredivo Hadir di PRJ untuk Pertama Kalinya

SVP Marketing & Communications Kredivo, Indina Andamari mengatakan, riset tahunan ini telah menjadi riset ikonis dari Kredivo. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, riset tahun ini berakar dari tren belanja masyarakat di e-commerce yang semakin bervariasi dan dinamis. 

"Harapan kami dengan hadirnya riset ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai tren dan perilaku masyarakat yang dalam berbelanja online sekaligus perkembangan penggunaan Paylater," ujarnya di Jakarta, Rabu (14/6/2023).

Adapun beberapa temuan menarik dari riset tahun ini diantaranya konsistensi peningkatan transaksi di kota tier 2 dan 3, dengan kenaikan sebesar 33% di 2020, 36% di 2021, dan 43% di 2022, meskipun nilai transaksi masih didominasi oleh kota tier 1 yaitu sebanyak 57%.

"Hal ini menandakan daya beli masyarakat di kota tier 2 dan 3 yang terjaga memasuki masa pasca pandemi dan pangsa e-commerce yang semakin luas ke daerah," katanya.

Kemudian konsumen lebih tua semakin adaptif dengan penggunaan e-commerce dengan kenaikan konsisten dalam 3 tahun terakhir yaitu kelompok umur 36-45 dari 19% (2020) menjadi 24% (2022), dan kelompok umur 46-55 tahun dari 4% (2020) menjadi 6% (2022).

Lebih lanjut, Indina bilang, memasuki masa pasca pandemi, terjadi pergeseran pola belanja masyarakat dengan perilaku belanja kombinasi online dan offline menjadi tren. 

"Sebanyak 79,1% konsumen memilih menggunakan metode belanja kombinasi online dan offline, dengan 21% dari total presentasi tersebut lebih banyak melakukan pembelian secara offline dan 58,1% lebih banyak melakukan pembelian secara online. Sementara itu, tren belanja online tanpa kombinasi secara offline mengalami penurunan dari yang sebelumnya 28% menjadi 18,7%," jelasnya.

Selanjutnya, tren pergeseran juga terlihat dari transaksi per kategori produk, dengan turunnya nilai transaksi gadget di 2022 sebelumnya 37% menjadi 33,7% YoY. Sementara terjadi kenaikan nilai transaksi di produk fashion dari 12,9% menjadi 15,6% YoY. Tren ini sejalan dengan mulai kembalinya aktivitas offline masyarakat di masa transisi pandemi 2022.

Lalu, pulsa dan voucher menjadi kebutuhan paling diminati oleh konsumen berdasarkan kelompok umur, sementara konsumen lajang paling banyak bertransaksi untuk gadget, dan konsumen dengan 1-2 anak paling banyak membeli produk kategori anak dan bayi sedangkan konsumen dengan 3-5 anak cenderung lebih fokus pada peralatan rumah tangga dan makanan.

"Meskipun secara keseluruhan transaksi 2022 meningkat dibanding 2021, terdapat penurunan di kuartal IV 2022 akibat isu resesi dan gejolak ekonomi global, dengan nilai transaksi Q4 sebesar 38,6% menjadi 33,3% YoY," terangnya. Baca Juga: Dompet Digital Permudah Transaksi Keuangan dan Belanja Online, tetapi Jangan Terjebak Jadi Konsumtif

Direktur Katadata Insight Center, Adek M. Roza mengungkapkan, beberapa temuan riset tahun ini semakin mengindikasikan daya beli masyarakat di e-commerce yang tetap terjaga selama 2022, yang merupakan masa transisi menuju endemi.

"Meskipun terdapat beberapa pergeseran pola belanja, kami melihat bahwa e-commerce akan tetap menjadi pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hariannya dan akan tetap menjadi penggerak utama perekonomian Indonesia. Kami berharap, riset tahunan ini dapat menjadi panduan bagi para pelaku industri digital dan instansi pemerintah terkait, terutama untuk mempersiapkan strategi dalam mengoptimalkan pemulihan ekonomi di masa pasca pandemi," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: