Bill Gates Bunyikan Alarm Bahaya: AI Bisa Bikin Deepfake dan Misinformasi, Berbahaya untuk Pemilu 2024!
Pendiri Microsoft Bill Gates secara terbuka mengungkap kelemahan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) melalui blog pribadinya, GatesNotes. Miliarder filantropi ini berpikir kecerdasan buatan baru yang kuat dapat memprogram deepfake dan misinformasi begitu parah sehingga mengganggu proses politik di seluruh dunia.
"Deepfake dan misinformasi yang dihasilkan oleh AI dapat merusak pemilu dan demokrasi," kata Gates dalam postingan baru tersebut. "Dalam skala yang lebih besar, deepfake yang dihasilkan AI dapat digunakan untuk mencoba memiringkan pemilu. Tentu saja, tidak perlu teknologi canggih untuk menabur keraguan tentang pemenang pemilu yang sah, tetapi AI akan membuatnya lebih mudah."
Baca Juga: Bill Gates Buka-Bukaan Soal AI di Masa Depan: Kehadiran AI Tidak Akan Sedramatis Revolusi Industri
Melansir Yahoo Finance di Jakarta, Jumat (14/7/23) posting Gates soal AI kali ini cukup memberikan kehati-hatian dibandingkan dengan pandangannya yang lebih penuh harapan dalam entri blog bulan Maret. Gates memberikan peringatan menjelang pemilu kontroversial pada tahun 2024 mendatang.
Ada tiga kali lebih banyak deepfake dalam bentuk video dan delapan kali lebih banyak deepfake suara yang diposting online tahun ini dibandingkan tahun 2022, menurut Reuters, mengutip data dari DeepMedia.
Salah satu deepfake politik paling menonjol di tahun 2023 datang pada pertengahan April.
Klip buatan AI yang beredar di media sosial menunjukkan mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mendukung Gubernur Florida Ron DeSantis sebagai presiden. Video tersebut dianggap sebagai deepfake. Namun tidak jelas apakah klip tersebut telah mempengaruhi pikiran para pemilih.
Penghitungan 500.000 video dan voice deepfake akan dibagikan di situs media sosial di seluruh dunia tahun ini, proyek DeepMedia.
Di tengah kesibukan pengembangan AI ini, Gates masih membuat catatan yang agak penuh harapan.
"Ada dua hal yang membuat saya sangat optimis," kata Gates. "Salah satunya adalah bahwa orang-orang mampu belajar untuk tidak menerima segala sesuatu begitu saja. Selama bertahun-tahun, pengguna email jatuh ke dalam penipuan di mana seseorang yang menyamar sebagai pangeran Nigeria menjanjikan imbalan besar sebagai imbalan untuk membagikan nomor kartu kredit Anda. Namun pada akhirnya, kebanyakan orang belajar untuk melihat email-email itu dua kali. Karena penipuan semakin canggih, begitu pula banyak target mereka."
"Kita perlu membangun otot yang sama untuk deepfake," tambah Gates. “Hal lain yang membuat saya berharap adalah AI dapat membantu mengidentifikasi deepfake serta membuatnya.”
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Advertisement