Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tetap Eksis, Begini Cara Blue Bird Hadapi Transformasi Bisnis

Tetap Eksis, Begini Cara Blue Bird Hadapi Transformasi Bisnis Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada tahun 2016, industri taksi di Indonesia dihadapkan pada perubahan besar akibat munculnya taksi online. Situasi ini menyebabkan beberapa perusahaan taksi harus menutup usahanya karena disrupsi ini. Namun, Blue Bird, salah satu perusahaan taksi terkemuka di Indonesia, berhasil mengatasi tantangan ini dengan berhasil bertransformasi dan tetap eksis di tengah persaingan ketat.

Namun, perubahan tidaklah mudah, terutama karena Bluebird telah beroperasi dalam waktu yang lama dan memiliki banyak karyawan. Banyak yang meragukan kemampuan mereka untuk beradaptasi, namun Blue Bird membuktikan bahwa mereka tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga mengalami kesuksesan yang lebih baik.

Sigit Djokosoetono, Wakil Direktur Blue Bird Group, mengungkapkan bahwa membentuk pola pikir baru dan menggagas hal-hal baru merupakan faktor utama untuk mencapai kesuksesan dalam proses transformasi perusahaan Blue Bird. Baca Juga: Sekilas tentang Mobility-as-a-Service Versi Blue Bird, Kedepankan Hybrid dan Interaksi Pelanggan

“Mencoba hal baru mindsetnya untuk mencoba terus gitu karena kita tahu bahwa apa yang kita punya sekarang, itu harus yakin dulu, yang kita punya sekarang belum tentu akan bertahan. Jadi itu trigger dari dalam untuk punya mindsetnya we need to do something. Apa yang mau kita lakukan kita belum tahu, kalau kita bicara 7 tahun yang lalu nggak kebayang. Mimpi boleh gitu tapi terjadinya belum tentu,” jelas Sigit, dikutip dari kanal Youtube Dr Indrawan Nugroho pada Sabtu (22/07/2023).

Menurut Sigit, penting untuk melihat tujuan perusahaan harus sejalan dengan visi perusahaan agar memberikan jati diri perusahaan yang relevan. Selain itu, Salah satu keputusan paling penting yang diambil oleh Blue Bird adalah memperkuat core strength perusahaan.

Ia menekankan bahwa kekuatan inti Blue Bird terletak pada kepercayaan konsumen, armada kendaraan yang luas, dan pengalaman panjang dalam industri ini. Bluebird telah membangun reputasi unggul dalam pelayanan yang berkualitas, sopir yang profesional, dan keselamatan penumpang yang menjadi prioritas utama.

“Ketika ada disrupsi di industri kita, kita tidak boleh panik dan mencoba mengejar tren baru dengan mengabaikan apa yang sudah menjadi kekuatan inti kita selama ini. Sebaliknya, kita harus memanfaatkan kekuatan itu untuk beradaptasi dan berinovasi dalam memenuhi permintaan konsumen yang terus berubah,” terang Sigit.

Melakukan kerjasama dengan kompetitor juga dilakukan oleh Blue Bird untuk tetap membangun perusahaan agar lebih berkembang. Mereka telah berkolaborasi dengan Gojek untuk menyediakan layanan pemesanan taksi Blue Bird melalui aplikasi Gojek. Baca Juga: Bos Blue Bird Kasih Bocoran Rencana Ekspansi ke Sumatera dan Kalimantan

Kerjasama ini membawa banyak manfaat bagi para sopir Blue Bird, meskipun perusahaan tersebut juga memiliki aplikasi pemesanan taksi sendiri, yaitu My Blue Bird. Tak hanya dengan Gojek, Blue Bird juga bekerjasama dengan Traveloka, Garuda Indonesia, KAI untuk memperluas jaringan layanan transportasi.

“Kita coba gitu karena tadi disrupsi menjadi katalis inovasi. Ya kita harus punya cara lain untuk melakukan, ada Traveloka ada, Garuda, ada KAI, ada juga channel-channel yang lain termasuk kita perkuat yang kita sebut adalah strategi kita 3M namanya multi channel, multi access, multi payment,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: