Kelompok ISIS Dilaporkan Gunakan Mata Uang Kripto untuk Galang Dana Kampanye Pro-ISIS
Platform intelijen blockchain TRM Labs baru-baru ini merilis laporan yang menyoroti meningkatnya penggunaan mata uang kripto oleh afiliasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di seluruh Asia. Laporan tersebut menghubungkan koneksi signifikan di blockchain antara kelompok-kelompok ini dan kampanye penggalangan dana pro-ISIS di Suriah.
Dilansir dari Cointelegraph, Senin (24/7/2023), laporan yang diterbitkan pada 21 Juli tersebut menunjukkan bahwa ada "penggunaan mata uang kripto yang meningkat" selama dua belas bulan terakhir, di mana jaringan pro-ISIS di Tajikistan, Indonesia, dan Afghanistan telah menggunakan mata uang kripto untuk memfasilitasi operasi mereka.
Menurut TRM, sebagian besar transaksi yang terkait dengan kasus-kasus ini melibatkan penggunaan Tether (USDT) di jaringan Tron.
Baca Juga: DoJ AS Gandakan Jumlah Tim Penegakan Kripto untuk Atasi Kejahatan Ransomware
Pada 21 Juli, mantan Kepala Konsultasi Teknis Kripto Elliptic, Tara Annison menekankan bahwa Tron dan Tether adalah aset populer untuk penggunaan ilegal. Dia mencatat bahwa para penjahat beralih dari Bitcoin (BTC) untuk menggunakan stablecoin.
Annison juga menjelaskan bahwa perdagangan desentralisasi (DEX) memiliki likuiditas yang cukup tinggi dan volume yang sangat baik, sehingga membuat pencucian uang menjadi sangat mudah.
Laporan tersebut juga menyoroti sejumlah individu yang menggunakan bursa yang berbasis di Indonesia untuk mengirim dana ke alamat yang terkait dengan kampanye penggalangan dana pro-ISIS di Suriah.
"Lebih dari US$517.000 (Rp7,76 miliar) dikirim pada tahun 2022 oleh individu yang menggunakan bursa yang berbasis di Indonesia ke alamat yang diidentifikasi oleh TRM Labs sebagai alamat milik kampanye penggalangan dana pro-ISIS di Suriah dan bursa lokal yang memfasilitasi kegiatan mereka."
TRM menjelaskan kampanye penggalangan dana tersebut mengklaim bahwa dana tersebut digunakan untuk mendukung dan "membantu membebaskan keluarga-keluarga ISIS yang ditahan di kamp-kamp Suriah." TRM juga menambahkan, semua transaksi tersebut dilakukan menggunakan USDT di jaringan Tron dalam jumlah US$10.000 (Rp150,19 juta).
Laporan tersebut juga mencatat bahwa di Tajikistan, kripto digunakan untuk merekrut pejuang untuk afiliasi ISIS di Afghanistan. Salah satu kampanye penggalangan dana, yang beroperasi selama lebih dari satu tahun, terhubung dengan alamat yang menerima sekitar US$2 juta (Rp30,03 miliar) dalam USDT di Tron pada tahun 2022.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement