Maybank Indonesia Catat Laba Naik 34,1% Menjadi Rp1,27 triliun Pada Semester Pertama 2023
PT Bank Maybank Indonesia, Tbk (Maybank Indonesia) sepanjang semester pertama yang yang berakhir 30 Juni 2023 membukukan Laba Sebelum Pajak (PBT) Rp1,27 triliun naik 34,1% dari Rp944 miliar tahun lalu. Bank mencatat perolehan Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) sebesar Rp960 miliar naik 44,7% dari Rp663 miliar tahun lalu.
Perekonomian Indonesia masih terus bertumbuh pada semester pertama 2023. Iklim bisnis dan kondisi pasar yang stabil telah mendorong peningkatan permintaan kredit. Bank mampu membukukan pendapatan yang lebih tinggi bersumber dari portofolio kredit dan peningkatan pendapatan fee-based yang signifikan seiring dengan membaiknya transaksi treasury. Bank juga mencatat penurunan provisi seiring dengan membaiknya kualitas aset, serta biaya overhead yang terkendali, yang secara menyeluruh berkontribusi pada peningkatan PBT dan PATAMI.
Net Interest Income (NII) Maybank Indonesia tumbuh 6,7%, didukung oleh Net Interest Margin (NIM) yang naik 41 bps menjadi 5,1% seiring dengan meningkatnya kredit dan membaiknya komposisi aset dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
Pendapatan Fee-based tumbuh 25,6% menjadi Rp1,10 triliun dari Rp872 miliar karena pendapatan fees transaksi Global Market yang melonjak sebesar 239,3% menjadi Rp182 miliar dari Rp54 miliar tahun sebelumnya. Peningkatan ini didukung pergerakan suku bunga yang stabil dan prospek pasar yang positif serta kinerja layanan valas yang terus membaik.
Baca Juga: UUS Maybank Indonesia Dukung Bisnis UMKM Berkelanjutan Melalui Panen Omset
Di samping itu, Bank mencatat pendapatan fees di luar Global Market yang tumbuh 11,6% menjadi Rp913 miliar dari Rp818 miliar, didukung pendapatan asset recovery fees (Bank saja) yang naik lebih dari 7 kali menjadi Rp241 miliar serta fees terkait bisnis pembiayaan (kredit) dan ritel.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria, mengatakan Maybank Indonesia kembali mencatatkan kinerja positif pada laporan keuangan semester pertama 2023 dengan peningkatan pendapatan Bank didukung kualitas aset yang terus membaik.
“Perekonomian di Indonesia masih terus bertumbuh dan secara bertahap kembali ke level pra-pandemi, ditandai dengan iklim bisnis yang membaik serta pergerakan pasar yang stabil. Portofolio kredit ritel kami terus bertumbuh seiring dengan membaiknya konsumsi masyarakat, dan segmen SME ritel kami masih dapat mempertahankan momentum pertumbuhannya. Di samping itu, pada semester pertama 2023 kami juga membukukan pendapatan yang lebih baik pada bisnis treasury seiring dengan kondisi pasar yang terus bergerak stabil sejak awal tahun,” ujar Taswin, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (1/8/2023).
Pada semester pertama 2023, total kredit Bank meningkat 2,9% menjadi Rp109,97 triliun dari Rp106,81 triliun, seiring dengan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mendorong peningkatan konsumsi dan daya beli masyarakat.
Bank mencatat kredit CFS Ritel dan Non-ritel tumbuh 7,2% menjadi Rp69,42 triliun dari Rp64,73 triliun, didukung pertumbuhan kredit CFS Ritel yang signifikan sebesar 15,4% menjadi Rp41,49 triliun dari Rp35,95 triliun. Peningkatan kredit CFS Ritel tersebut didukung oleh pertumbuhan pembiayaan otomotif anak perusahaan sebesar 25,8% untuk kredit kendaraan roda dua dan 28,0% untuk kendaraan roda empat, serta pertumbuhan bisnis Kartu Kredit & KTA sebesar 21,8% dan KPR sebesar 1,8%.
Pada semester pertama 2023, Bank tetap mengambil langkah konservatif untuk menyeimbangkan portofolio kredit non-ritel serta menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit guna menjalin komitmen jangka panjang dengan nasabah. Melalui langkah tersebut, kredit CFS Non-ritel mengalami penurunan sebesar 2,9% disebabkan segmen Business Banking turun 6,8%, diikuti segmen kredit Usaha Kecil Menengah (diklasifikasikan oleh Bank sebagai SME+) yang turun 4,0%.
Meski demikian, segmen Business Banking mampu mencatat pertumbuhan sebesar 2,7% Q-o-Q didorong oleh komitmen-komitmen baru dengan pricing yang lebih kompetitif.
Kredit segmen Retail Small-Medium Enterprise (RSME) masih terus melanjutkan momentum pertumbuhannya dengan mencatat kenaikan sebesar 1,3% menjadi Rp12,70 triliun dari Rp12,54 triliun sehubungan dengan diberlakukannya program retensi pada segmen tersebut.
Dari sisi kredit korporasi, segmen Global Banking turun 3,7% menjadi Rp40,55 triliun, namun segmen ini bertumbuh positif sebesar 3,2% Q-o-Q. Bank berupaya agar momentum pertumbuhan segmen Global Banking dapat terus berlanjut pada kuartal-kuartal berikutnya.
Pada periode yang sama, total simpanan nasabah Maybank Indonesia mencapai Rp110,38 triliun, turun 1,1% dari Rp111,66 triliun, disebabkan terutama oleh simpanan CASA yang turun 2,7%. Simpanan Deposito Berjangka tercatat naik 0,4% dan bertumbuh secara signifikan sebesar 13,8% Q-o-Q sehubungan dengan upaya nasabah untuk meningkatkan nilai dananya melalui produk simpanan dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Rasio CASA tercatat sebesar 48,6%, dan Bank akan terus menerapkan berbagai strategi untuk mengoptimalkan simpanan berbiaya murah dengan memanfaatkan layanan digital dalam meningkatkan CASA.
Bank mencatat biaya overhead naik 6,4% menjadi Rp2,94 triliun sehubungan dengan langkah Bank dalam mengintensifikasikan pengembangan sumber daya manusia berbekal keterampilan Future Ready. Future Ready merupakan bagian dari strategi pengembangan SDM yang diinisiasi oleh Maybank Indonesia untuk menghadapi kompetisi di masa depan. Bank juga mengambil langkah untuk meningkatkan produktivitas melalui program perekrutan serta penyelenggaraan berbagai program pelatihan. Selain itu, peningkatan biaya juga dipicu oleh beragam kegiatan customer engagements, kunjungan bisnis, dan kampanye bisnis yang menyebabkan meningkatnya biaya perjalanan, outsourcing, dan pemasaran. Peningkatan ini telah berjalan sesuai rencana kerja Bank dan tetap terkendali, serta tetap berkontribusi bagi pendapatan Bank.
Kualitas aset Bank membaik berkat upaya pengawasan, pemantauan dan pengendalian kredit yang terus dilakukan oleh Bank, diiringi dengan iklim bisnis yang lebih baik. Dengan demikian, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) tercatat menurun sebesar 8,2% dan saldo NPL turun sebesar 4,4% serta rasio Loan at Risk membaik (Bank LAR saja) menjadi 11,5% pada Juni 2023 dari 15,3% pada Juni 2022.
Rasio Non Performing Loan/NPL konsolidasian tercatat membaik menjadi 3,3% (gross) dan 2,2% (net) pada Juni 2023 dari 3,5% (gross) dan 2,6% (net) pada Juni 2022.
Bank mencatat rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR Bank saja) pada posisi sehat sebesar 84,9% pada Juni 2023 dari 84,0% pada Juni 2022. Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja) tercatat sebesar 168,8% pada Juni 2023, berada di atas minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%.
Posisi permodalan tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat 28,6% pada Juni 2023 dengan total modal sebesar Rp29,27 triliun pada akhir Juni 2023.
Pada semester pertama 2023, Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia mencatatkan peningkatan PBT yang signifikan sebesar 179,0% menjadi Rp346 miliar dari Rp124 miliar.
Pendapatan imbal hasil setelah distribusi bagi hasil (Net Finance Income) Unit Usaha Syariah meningkat 7,5% dan pendapatan Fee-based tumbuh sebesar 16,3%. Pendapatan operasional sebelum provisi tercatat membaik sebesar 5,2% menjadi Rp402 miliar dari Rp382 miliar tahun lalu. Pencadangan provisi menurun seiring dengan langkah proaktif Unit Usaha Syariah dalam mengelola pencadangan selama beberapa tahun ke belakang yang berkontribusi kepada peningkatan PBT.
Total pembiayaan Unit Usaha Syariah tumbuh 1,8% menjadi Rp26,51 triliun dengan pertumbuhan utamanya pada segmen pembiayaan SME dan ritel. Aset Unit Usaha Syariah meningkat 5,2% menjadi Rp43,29 triliun sehingga berkontribusi kepada total aset Bank (Bank saja) sebesar 28,2% yang merupakan porsi aset Syariah tertinggi di Indonesia dibandingkan dengan tingkat rata-rata Perbankan Nasional yang mencapai sekitar 7%. Bank senantiasa menerapkan strategi 'Shariah First' dan Leverage Model untuk memperluas jangkauan solusi Syariah. Strategi ini telah memberikan kontribusi yang signifikan pada bisnis Unit Usaha Syariah.
Total simpanan nasabah Unit Usaha Syariah tumbuh 14,1% menjadi Rp36,03 triliun dari Rp31,58 triliun tahun lalu. Peningkatan juga terjadi pada CASA yang tumbuh 31,0% menjadi Rp15,60 triliun dari Rp11,91 triliun dengan persentase yang lebih tinggi pada Giro sebesar 59,4% dan Tabungan sebesar 13,3%. Deposito Berjangka tumbuh 3,8%, didorong oleh upaya inisiatif nasabah untuk meningkatkan nilai dananya melalui produk simpanan dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Rasio CASA Unit Usaha Syariah meningkat 43,3% dibandingkan dengan 37,7% pada semester pertama 2022.
Rasio Non Performing Financing (NPF) tercatat membaik menjadi 2,6% (gross) dan 2,0% (net) pada Juni 2023 dari 2,9% (gross) dan 2,3% (net) pada Juni 2022.
Baca Juga: Lewat Panen Omset, UUS Maybank Indonesia Dukung Bisnis UMKM Berkelanjutan
Pada semester pertama 2023, platform perbankan digital untuk nasabah ritel Bank, M2U, mencatat peningkatan transaksi sebesar 17,6% menjadi sekitar 10,1 juta transaksi, naik dari 8,5 juta transaksi pada periode yang sama tahun lalu. Nilai transaksi juga tumbuh 17,4% menjadi Rp52,76 triliun dari Rp44,94 triliun, diikuti dengan pertumbuhan dana nasabah sebesar 19,1% yang diperoleh melalui M2U.
Platform perbankan elektronik nasabah korporasi, M2E, mencatatkan peningkatan transaksi sebesar 2,3% menjadi lebih dari 2,1 juta transaksi pada semester pertama 2023. Total nilai transaksi keuangan yang dilakukan melalui M2E mencapai Rp373,13 triliun pada semester pertama 2023, tumbuh sebesar 7,2% dari Rp348,18 triliun pada tahun sebelumnya. M2E juga mencatatkan pertumbuhan pengguna aktif sebesar 6,0% menjadi 2.996 dari 2.827 pada semester pertama 2023, yang berdampak pada peningkatan pendanaan korporasi melalui M2E sebesar 3,6% menjadi Rp25,23 triliun.
Pada kuartal kedua tahun 2023, Bank memperkenalkan fitur-fitur baru dan beberapa penyempurnaan pada platform perbankan digital ritel M2U sebagai one-stop financial solution untuk kebutuhan finansial dan gaya hidup nasabah.
Fitur maupun penyempurnaan tersebut meliputi platform internet banking M2U yang telah didesain ulang untuk memudahkan nasabah mengakses dan melakukan transaksi keuangan melalui web serta menilik portofolio keuangan yang berkesinambungan dengan fitur 360 Digital Wealth yang tersedia pada aplikasi dengan upaya inisiatif nasabah untuk meningkatkan nilai dananya melalui produk simpanan dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
M2U. Selain itu, Bank juga memperkenalkan fitur-fitur baru untuk memudahkan nasabah ritel berinvestasi pada obligasi negara berbasis Syariah serta membeli slot lari Maybank Marathon melalui aplikasi M2U.
Menurut Taswin, Maybank akan melanjutkan langkah transformasi dalam mengakselerasi kapabilitas perbankan digital, khususnya pada segmen SME serta memperluas cakupan layanan perbankan kami ke dalam ekosisitem digital.
“Demikian juga, dengan fondasi yang kuat pada sektor perbankan Syariah, kami akan terus mengembangkan layanan Islamic wealth dan di saat yang sama meningkatkan kapabilitas serta produktivitas bisnis Bank ke depan,” ungkap Taswin.
Dalam kesempatan yang sama,
Presiden Komisaris Maybank Indonesia, Dato' Khairussaleh Ramli, mengatakan Maybank Indonesia telah menunjukkan kemampuannya dalam menorehkan kinerja yang lebih baik pada semester pertama tahun 2023 melalui pertumbuhan di segmen bisnis ritel dan SME. Pencapaian ini akan menjadi pijakan bagi Bank untuk melanjutkan pertumbuhan di seluruh segmen bisnis pada kuartal-kuartal selanjutnya.
“Di tengah kondisi perekonomian yang masih terus bertumbuh, kami tetap optimistis terhadap berbagai peluang pertumbuhan di Indonesia. Kami akan terus mengejar peluang pertumbuhan tersebut dengan memberikan dukungan kepada para pemangku kepentingan dalam memperkuat keberadaan kami di kawasan ASEAN,” ucap Dato' Khairussaleh Ramli.
Adapun, seiring dengan terus membaiknya konsumsi masyarakat dan daya beli konsumen pada semester pertama 2023, pembiayaan Maybank Finance tumbuh 10,2% menjadi Rp6,58 triliun dari Rp5,97 triliun tahun lalu.
Pada semester pertama 2023, Maybank Finance membukukan PBT sebesar Rp270 miliar disebabkan oleh faktor persaingan harga yang terjadi di sektor pembiayaan kendaraan roda empat. Rasio NPL Maybank Finance tetap stabil sebesar 0,2% (gross) dan 0,1% (net) pada Juni 2023 dan Juni 2022.
Sementara itu, pada semester pertama 2023, pembiayaan roda dua PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM) tumbuh signifikan sebesar 25,8% menjadi Rp5,82 triliun dari Rp4,62 triliun tahun lalu.
WOM mencatat PBT sebesar Rp112 miliar, tumbuh 0,5% karena biaya pendanaan yang lebih tinggi sejalan dengan kenaikan suku bunga. Rasio NPL mencapai 2,0% (gross) dan 0,9% (net) pada Juni 2023 dari 1,7% (gross) dan 0,7% (net) pada Juni 2022.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement