Pengamat politik Insititute for Development of Policy and Local Partnership (IDP-ILP), Syaiful Bahri, menyatakan jika peluang Putra Presiden Republik Indonesia ke-2 Soeharto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto 'kembali' terjun ke Partai Golkar tergantung pada dirinya sendiri.
Dengan sumber daya yang dimiliki dan 'loyalis' ayahandanya yang masih banyak di Golkar dari berbagai daerah, bagi Tommy Soeharto masuk kembali ke Partai Golkar tidaklah sulit. Akan tetapi semua keputusan ada pada diri Tommy.
"Peluang itu ada, tetapi semuanya tergantung pada Tommy sendiri, apakah dia mau atau tidak untuk kembali turun gunung," tegas Syaiful kepada wartawan, Rabu 9 Agustus 2023.
Menurutnya, Tommy Soeharto sudah matang dalam berpolitik praktis. Dalam catatannya, Tommy dua kali mewarnai musyawarah nasional Golkar. Jika di tahun 2023 ini kembali terjun ke dunia politik dengan masuk dalam bursa calon ketua umum Partai Golkar, maka akan menjadi pertarungan terakhir. Apalagi diusianya 60an tahun.
"Pengaruh Tommy di Golkar, diakui atau tidak, masih cukup kuat dan itu merupakan modal yang kuat. Tetapi Tommy tentu sudah berhitung, sudah mengkalkulasi semuanya. Dia tentu tidak akan gegabah dalam memutuskan segala sesuatunya," ucap Syaiful.
Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Prof DR I Gde Pantja Astawa SH MH, sebelumnya mengatakan bahwa Golkar sejak Era Reformasi mengalami perubahan orientasi kepemimpinan. Dimana semua kader mempunyai peluang menjadi Ketua Umum Golkar.
"Golkar sekarang tidak lagi berorientasi pada tokoh, tapi pada kader. Dengan melihat Golkar yang berorientasi pada kader, ini peluang bagi kader-kader Golkar, siapapun dia. Ini pintu masuk, andaikata Mas Tommy mau masuk," kata Prof Gde Pantja, Senin 31 Juli 2023.
Mengenai peluang Tommy Soeharto muncul dan maju sebagai kandidat Ketum, Prof Gde Pantja memberikan sejumlah catatan. Pertama, apakah nama Tommy Soeharto masih tercatat sebagai kader partai dan itu itu diketahui diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Golkar.
Hal itu menurutnya bisa menjadi batu sandungan. Sebab misalnya Tommy sudah bukan bagian dari Golkar, maka otomatis tidak bisa maju dan mencalonkan diri sebagai Calon Ketua Umum di Musyawarah Nasional 2024 dan atau Munaslub yang belakangan didorong sebagian kader Golkar.
Catatan kedua, Tommy Soeharto disebutkan dia mempunyai beban sejarah. Karena akan banyak pihak yang akan melihat dirinya dengan kiprah bapaknya selama memimpin Orde Baru. Meski secara obyektif, selain banyak kelemahan selama dipimpin Pak Harto, banyak juga kelebihan selama Indonesia dipimpin Pak Harto.
"Mampu enggak begitu? Tidak mudah menurut saya, tetapi bukan tidak mungkin dia menjadi rising star kalau mampu menjawab beban sejarah," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement