Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Performa Emiten BUMN Karya pada Semester Pertama 2023

Begini Performa Emiten BUMN Karya pada Semester Pertama 2023 Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saat ini, sudah banyak perusahaan yang merilis laporan keuangan untuk periode semester pertama tahun 2023, tak terkecuali emiten yang tergolong dalam BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Karya. Sebagai informasi, BUMN Karya merupakan perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang konstruksi atau pembangunan infrastruktur.

Lantas, bagaimana performa keuangan emiten BUMN Karya yang biasanya memegang proyek bernilai fantastis itu? Simak informasi selengkapnya di artikel berikut ini!

Baca Juga: Kinerja Emiten FMCG Masih Moncer Sampai Pertengahan Tahun 2023

1. PT Waskita Karya Tbk (WSKT)

PT Waskita Karya Tbk (WSKT) merupakan perusahaan pelat merah yang memulai bisnis pembangunan infrastrukturnya sejak 1 Januari 1961. Perusahaan yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) per tanggal 19 Desember 2012 itu sudah berpengalaman dalam menggarap proyek-proyek besar, seperti Bandara  Soekarno-Hatta, BNI City, Jalan Layang Pasteur-Cikapayang-Surapati di Bandung, dan masih banyak lagi.

Bicara soal performa keuangan, sepanjang enam bulan pertama tahun 2023, Waskita Karya dikabarkan menderita kerugian senilai Rp2,07 triliun. Nominal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kerugian sebesar 777,96% jika dibandingkan dengan enam bulan pertama tahun 2022.

Selain itu, besaran pendapatan yang dikantongi Waskita Karya ternyata mengalami penurunan. Per Juni 2023 lalu, perusahaan itu menghasilkan Rp5,27 triliun alias lebih rendah 13,43% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Perihal liabilitas, Waskita Karya dilaporkan masih mempunyai utang sebesar Rp84,31 triliun.

2. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

Perusahaan BUMN Karya selanjutnya yang akan dibahas dalam artikel ini adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Perusahaan yang sudah mulai beroperasi pada tahun 1970-an dan resmi melantai di bursa per tanggal 27 Oktober 2007 itu pernah dipercaya untuk mengerjakan berbagai proyek bernilai fantastis, seperti Jembatan Layang (Flyover) Mass Rapid Transportation (MRT) Jakarta, Merusaka Nusa Dua Bali, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Karang, dan sebagainya.

Sayangnya, meskipun pernah terlibat dalam proyek-proyek besar, pada semester pertama tahun 2023, Wijaya Karya terpaksa menanggung kerugian sebesar Rp1,88 triliun. Jika dibandingkan dengan kerugian pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang berada di angka Rp13,32 miliar, terlihat ada pembengkakan sebesar 14.369%. 

Padahal, berdasarkan laporan keuangan yang dirilis secara resmi, diketahui bahwa pendapatan Wijaya Karya naik 28,81% menjadi Rp9,25 triliun. Hanya saja, ada beberapa segmen yang turut melambung, seperti beban lain-lain dan beban pendanaan, yang masing-masing meroket 211,76% dan 124,54%. Perihal liabilitas, Wijaya Karya dikabarkan masih mempunyai utang sebesar Rp56,70 triliun.

Baca Juga: Performa Emiten Rumah Sakit pada Semester I-2023: Untung atau Buntung?

3. PT PP Tbk (PTPP)

PT PP Tbk (PTPP) merupakan salah satu perusahaan yang didirikan pada tahun 1953 dan menjadi bagian dari BUMN Karya. Perusahaan yang resmi go public per tanggal 9 Februari 2010 itu banyak diberi kepercayaan untuk mengeksekusi beragam proyek, seperti Stadion Utama Palaran (Samarinda), PLTG Belitung 25 MW, Syamsudin Noor International Airport, dan lain-lain.

Berbeda dengan dua perusahaan sebelumnya yang mendulang rugi, selama enam bulan pertama tahun ini, PT PP justru berhasil membukukan laba sebesar Rp124,67 miliar. Nominal tersebut menunjukkan adanya kenaikan sebesar 11,07% jika dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Meningkatnya keuntungan perusahaan rupanya tidak sejalan dengan perolehan pendapatan. Sebab, per Juni 2023 lalu, pendapatan PT PP tercatat berada di angka Rp8,04 triliun alias terpangkas 10,81% dari periode Juni 2022. Perihal liabilitas, Wijaya Karya diketahui masih mempunyai utang sebesar Rp42,77 triliun.

4. PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

BUMN Karya terakhir yang akan dibahas adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Perusahaan konstruksi yang sudah menjalankan bisnis sejak 1960 itu resmi menawarkan sahamnya pada masyarakat per tanggal 18 Maret 2004. Selama menjalankan bisnisnya, Adhi Karya pernah diamanahkan untuk menjalankan proyek LRT Jabodetabek, Bandara Kertajati, dan Stadion Manahan. 

Baca Juga: Jadi Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Dunia, Bagaimana Kinerja Keuangan Emiten Sawit di Indonesia?

Sama seperti PT PP, pada semester pertama tahun ini, Adhi Karya mampu meningkatkan perolehan keuntungan sebesar 21,30% menjadi Rp12,41 miliar. Hal tersebut sejalan dengan naiknya angka penjualan dan pendapatan usaha sebesar 0,45% menjadi Rp6,35 triliun pada paruh pertama tahun ini. Perihal liabilitas, Wijaya Karya dilaporkan masih mempunyai utang sebesar Rp30,42 triliun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: