Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Investasi Ala Nabi Yusuf, Solusi Tepat Hadapi Krisis Ekonomi

Investasi Ala Nabi Yusuf, Solusi Tepat Hadapi Krisis Ekonomi Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kisah Nabi Yusuf yang diceritakan dalam Alquran pada Surat ke-12, ternyata memiliki banyak pelajaran yang berguna dalam investasi. Di Indonesia sendiri, investasi ala Nabi Yusuf digagas oleh Budi Hikmat, Chief Economic Bahana.

Budi mengaplikasikan banyak nilai yang ada dalam surat tersebut dalam berinvestasi. Menurutnya, investasi ala Nabi Yusuf ini merupakan solusi yang tepat untuk menghadapi krisis ekonomi. 

“Nabi Yusuf tidak cuma menjelaskan mimpi raja sebagai pergiliran masa malang dan masa gemilang ala business cycle, tapi dia juga menunjukkan jalannya, resepnya. Nabi Yusuf hadir dengan totalitas bahwa dia bisa solving welfare problem. Saran Nabi Yusuf nih the best untuk bisa mengantisipasi krisis,” ujarnya dilansir dari kanal YouTube Syailendra Capital berjudul Investasi Ala Nabi Yusuf pada Minggu (13/8/2023).

Baca Juga: Tesla Tak Investasi di Indonesia, Rhenald Kasali: Belum Ada Mindset ESG dari Birokrasi RI

Budi pun menjelaskan bagaimana saran-saran dari Nabi Yusuf dalam Surat ke-12 dalam sudut pandang ekonomi. Menurutnya, dalam sudut pandang ekonomi, ketiga saran dari Nabi Yusuf bisa dikaitkan dengan produktivitas, industrialisasi (penguatan nilai tambah), dan manajemen permintaan. 

“Yang bisa jadi working formula itu saran Nabi Yusuf, (ada) tiga hal. (Pertama), hendaklah kalian bercocok tanam selama tujuh tahun secara berkelanjutan. Ini menekankan sebetulnya continuity dari kita menyisihkan dana atau installment plan. Kedua, maka apa yang kalian panen tetaplah pada tangkainya. Kalau yang pertama teknologi pertanian, yang kedua pascapanen. Limpahan panen itu bagaimana bisa diawetkan. Saran ketiga, kecuali sedikit untuk kalian makan, pengendalian konsumsi,” paparnya.

Selain itu, ia juga mendefinisikan bahwa investasi sama halnya seperti menanam keberuntungan. Di mana menanam merupakan sebuah proses, sementara keberuntungan merupakan hasil dari proses tersebut.

“Saya definisikan investasi itu menanam keberuntungan. Menanam itu prosesnya, keberuntungan itu hasilnya. Yang disebut proses itu apa yang kita tanam, kapan kita nanam, di mana kita nanam, dengan siapa, dan lain lain. Tetapi, kalau keberuntungan itu peningkatan daya beli sepanjang waktu,” tuturnya.

Budi melanjutkan, sebelum mulai terjun ke dalam dunia saham, kita harus bisa memperhatikan aspek tabungan, cara berinvestasi, dan mengatur keuangan. Sistem tabur (invest) dan tuai (harvest) menjadi faktor penting saat kita sedang menanam saham.

“Ingat kita punya dua masa, invest-harvest, tabur-tuai, jadi harus digabungkan. Pada level negara itu cenderung ke infrastruktur, tapi pada level pribadi, ada baiknya kita punya kebijakan, mulai dari asset allocation dan mulai mempersiapkan cicilan,” bebernya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: