Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tesla Tak Investasi di Indonesia, Rhenald Kasali: Belum Ada Mindset ESG dari Birokrasi RI

Tesla Tak Investasi di Indonesia, Rhenald Kasali: Belum Ada Mindset ESG dari Birokrasi RI Kredit Foto: Reuters/Sam Mircovich
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rencana investasi Tesla sebelumnya memicu harapan tinggi dan ekspektasi dari kalangan masyarakat dan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa Tesla tidak menjalankan rencana investasinya di Indonesia. Kabar terbaru bahwa Elon Musk memilih Malaysia sebagai tuan rumah dari kantor dagang kendaraan listriknya itu.

Rhenald Kasali, akademisi dan praktisi bisnis, memberikan pandangannya mengenai situasi ini. Ia menjelaskan bahwa sistem birokrasi dan regulasi Indonesia masih belum baik. Ketidakteraturan dalam proses dan potensi adanya birokrasi berbelit-belit diyakini telah menimbulkan kekhawatiran bagi Tesla.

“Ternyata di Indonesia, sistem birokrasi dan regulatory framework-nya chaotic. Jadi inilah PR bagi kita bagaimana kita memperbaiki, di samping juga aspek korupsi yang tentu sangat mengganggu pemerintahan. Jadi kalau Tesla investasi di sini, jangan-jangan malah menimbulkan kekhawatiran bagi mereka. Jadi sekali lagi ini adalah PR bagi kita untuk kita perbaiki,” jelas Rhenald, dikutip dari kanal Youtube-nya pada Kamis (10/8/2023).

Baca Juga: Rhenald Kasali Ungkap Alasan Elon Musk Pilih Malaysia daripada Indonesia

Ketidakhadiran regulasi yang jelas dan transparan telah menciptakan lingkungan yang dapat dianggap tidak pasti bagi perusahaan yang mempertimbangkan investasi jangka panjang. Ketidakpastian regulasi dapat menyebabkan keraguan di kalangan calon investor, yang berdampak pada daya tarik negara sebagai tujuan investasi.

Rhenald juga mengatakan bahwa Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan pernah mengeluhkan perilaku Tesla, yang menurutnya, terlalu banyak mengajukan tuntutan.

“Sebelum melakukan kunjungan ke SpaceX, kita mendengar bahwa ternyata Pak Luhut pernah komplain tentang perilaku dari Tesla yang katanya terlalu banyak menuntut. Padahal kita menuntut mereka agar mau investasi di Batam, di mana kawasan industri cukup bagus yang memang dipersiapkan untuk industri masa depan,” terangnya.

Aspek penting lainnya disebutkan adalah kurangnya mindset Environmental, Social and Governance (ESG) di kalangan birokrasi Indonesia. Elon Musk dan Tesla dikenal luas karena komitmen mereka terhadap keberlanjutan lingkungan. Tidak adanya kerangka ESG yang kuat dan pemahaman tentang pentingnya di kalangan birokrasi bisa saja menjadi faktor dalam keputusan Tesla. 

“Belum ada mindset ESG di kalangan para birokrat kita. Jadi, orang-orang yang ada di BKPM, Kemenko Marves, dan di birokrasi lainnya harus dilatih benar-benar mindset tentang ESG. Pertimbangan ESG semakin penting bagi perusahaan yang ingin menyelaraskan operasinya dengan tujuan keberlanjutan global,” tuturnya.

Rhenald menyampaikan bahwa Indonesia tidak perlu putus asa atas keputusan Tesla membangun kantornya di Malaysia. Masih ada kesempatan lain dan yang pastinya harus memperbaiki tantangan dalam sistem birokrasi, meningkatkan transparansi regulasi, dan mengadopsi prinsip ESG, yang dapat mengubah Indonesia menjadi destinasi yang lebih menarik bagi investasi berkelanjutan.

“Pilihan yang diambil oleh Tesla untuk menempatkan kantornya di Malaysia merupakan sebuah wake up call bagi Indonesia karena ini belum berakhir dan jangan putus asa, masih ada 'jackpot' lain yang belum diputuskan,” pungkasnya.

Baca Juga: Tesla Investasi di Indonesia, Nyata atau Hanya Imajinasi Semata?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: