Perusahaan penyedia jasa internet dan managed services di bawah naungan XL Axiata yang fokus pada bisnis ke bisnis (B2B), Hypernet Technologies, melihat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai segmen yang terus berkembang. Lantas, bagaimana strategi perusahaan agar tetap lekat dengan mereka?
CEO Hypernet Technologies, Sudianto Oei atau kerap disapa Apin menceritakan strategi perusahaan agar tetap relevan dan erat dengan pelaku UMKM di Indonesia, salah satunya dengan aktivitas MENS atau Meet, Eat, and Inspire secara daring (online) atau di tempat (offline). Menurutnya, perusahaan menyediakan ini karena mereka cenderung ingin lebih tahu atau kepo.
“Karena mereka butuh belajar. Biasanya UMKM ini, mereka lebih kepo. Mau cari tahu. Ada apa lagi sih yang baru? Nah kami buat acara ini, supaya kami dapat memberikan update pengetahuan. Apa sih tren pasar sekarang? Kira-kira dari sisi Hypernet, kami bisa bantu yang mana?” beber Apin ditemui Warta Ekonomi di Jakarta pada Selasa (15/8/2023).
Baca Juga: Cara Hypernet Tetap Relevan & Bersaing dengan Provider Internet di Indonesia
Apin menjelaskan, ketika pelaku UMKM menunjukkan ketertarikan pada Hypernet Technologies, mereka ingin menggali lebih dalam dan mencoba layanan perusahaan.
“Nah biasanya kami ada program uji coba gratis (free trial). Jadi kami berikan, coba dulu tapi gratis, atau ada promo, mungkin langganannya sekarang, tetapi bayarnya bulan keempat. Tetapi minimal komitmen pemakaian harus dua tahun,” tambahnya.
Dengan cara itu, Hypernet menawarkan fleksibilitas, khususnya dari segi harga, terhadap UMKM. Menurut Apin, tantangan yang sering dihadapi pelaku UMKM adalah masalah bujet investasi terhadap layanan informasi dan teknologi (IT).
“Mereka terbatas, jika dibandingkan dengan korporasi, tetapi bahwa mereka mau mencoba, mau. Kadang-kadang UMKM ini lebih gesit karena proses keputusannya cepat ya. Kalau korporasi, lama. Bisa dua bulan baru dapat deal. UMKM, hitungan hari bisa langsung oke,” jelasnya rinci.
Apin menekankan, layanan IT seharusnya terjangkau bagi UMKM. Karena itu, tantangan bagi perusahaan penyedia jasa internet, menurutnya, adalah, “jangan mahal-mahal,” selorohnya.
“Jadi produk yang kami buat ke UMKM memang selalu perhatian yang pertama pasti dari sisi harga dulu. Kedua dari ceruk (niche). Kalau niche-nya ada, harga tidak masuk, mereka tidak sanggup beli juga. Tetapi kalau harganya sudah sesuai, biasanya niche-nya bisa kami buatkan, dengan cara kami mengedukasi tadi,” cerita Apin.
Berbeda ketika menghadapi pelanggan korporasi, Apin justru mengatakan bahwa pihak korporasi lebih memperhatikan niche, kemudian biaya dan lain-lainnya.
“Jadi biasanya PR-nya sudah ada dari mereka. Kami malah ikuti. Nanti kami kasih fokusnya,” katanya.
“Kalau UMKM, dia mau disuapin. Hypernet bisa kasih UMKM apa sih?” tandas Apin sambil bertanya.
Sampai kini, Hypernet tengah mengembangkan inovasi layanan dan produk dengan melibatkan XL Axiata dan Link Net. Beberapa bulan lalu, ketiga perusahaan tersebut meluncurkan jenama atau brand Lyft sebagai penyedia layanan perangkat keras (equipment atau hardware), konektivitas, deployment, managed service maintenance, dan lisensi.
Baca juga: Lyft Milik Link Net dan Hyperneet Technologies Bakal Fokus di Multiple Managed Service
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement