Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

ICDX Group Fasilitasi Perdagangan Perdana Lelang Renewable Energy Certificate (REC)

ICDX Group Fasilitasi Perdagangan Perdana Lelang Renewable Energy Certificate (REC) Kredit Foto: ICDX
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia Commodity & Derivatives Exchange Group (ICDX Group) melalui entitas besutannya, yaitu Indonesia Climate Exchange (ICX) secara resmi memfasilitasi perdagangan perdana Renewable Energy Certificate (REC). Perdagangan REC perdana secara sukarela yang dijalankan ICX ini bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dan juga Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. 

Perdagangan perdana ini mencakup transaksi REC sejumlah 1,050 MWh, dengan harga pembukaan lelang Rp35.000 dan penutupan lelang di harga Rp38.000, atau naik 8,57%. Perdagangan ini menjadi sebuah bukti bahwa pelaku pasar dapat memperdagangkan instrumen iklim berbasis pasar melalui platform yang efektif, efisien, terbuka, dan terbukti dari harga penutupan lelang yang semakin tinggi, didorong oleh permintaan yang meningkat.

Baca Juga: Transaksi Multilateral Makin Diminati Masyarakat, ICDX Catat Transaksi Tumbuh 67,5%  

Renewable Energy Certificate (REC) merupakan sertifikat yang membuktikan produksi tenaga listrik per megawatt hour (MWh) berasal dari pembangkit listrik nonfosil, seperti pembangkit tenaga air, tenaga angin, tenaga surya, panas bumi atau pun pembangkit berbasis bioenergi. Perdagangan REC yang terjadi di ICX dapat menjadi sebuah solusi berbasis pasar untuk memberikan insentif ekonomi kepada para pelaku pasar dan investor energi terbarukan. 

CEO ICDX Group, Nursalam, mengatakan, dengan menggunakan platform di ICX, pelaku industri akan diberikan kemudahan dalam hal akses pasar, serta perdagangan yang akuntabel dan transparan. Hal ini tentunya membuka ruang bagi korporasi untuk dapat melakukan transisi menuju operasional rendah karbon.

"ICDX Group akan terus mendorong upaya dekarbonisasi melalui demokratisasi perdagangan karbon. Harapan kami, tentunya apa yang telah kami jalankan ini, ke depannya bisa direplikasi untuk instrumen iklim lainnya seperti perdagangan karbon dengan skala yang lebih luas," katanya.

"Tentunya kami sangat mengapresiasi kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam program dekarbonisasi melalui perdagangan REC ini. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab menuju rendah emisi karbon adalah tanggung jawab kita bersama. Untuk saat ini, beberapa korporasi yang telah berpartisipasi adalah PT Agrodana Futures, PT Phillip Futures,  PT Victory International Futures, PT Magnet Berjangka Indonesia, PT Rajawali Kapital Berjangka, PT Handal Semesta Berjangka, serta beberapa entitas lainnya. Ke depan, kami akan terus mengajak berbagai pihak, untuk turut serta dalam program ini," tambahnya.

Sementara itu, CEO Indonesia Climate Exchange (ICX), Megain Widjaja, mengatakan, terkait perdagangan REC sukarela ini, ICX tentunya telah melalui fase percobaan dan penyelarasan sesuai dengan standar global, baik dalam hal teknologi dan ekosistem.

"ICX berkomitmen untuk terus mengembangkan ruang lingkup instrumen iklim lainnya agar dapat menjadi platform yang dapat dimanfaatkan bagi pemerintah dan para pelaku industri menuju operasional rendah emisi karbon," katanya.

Melalui transaksi REC ini, ICX dapat menjadi sebuah model baru penerapan perdagangan instrumen iklim khususnya perdagangan karbon secara luas dan mempercepat adopsi berbagai industri di Indonesia.

Pengembangan terkait perdagangan instrumen iklim memerlukan sinergi antarpelaku dan pemerintah agar dapat mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) secara unconditional sebesar 31,89% dan target conditional sebesar 43.2% dengan mekanisme Business as Usual (BaU) pada 2030 dalam upaya penurunan emisi karbon.

Baca Juga: ICDX Fasilitasi Transaksi SiKA antara BSI dan Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia

"Kami mengundang seluruh stakeholders untuk dapat bersama-sama melakukan upaya penurunan emisi karbon," tambah Megain.

Renewable Energy Certificate (REC) berawal dari tahun 2014 dan semakin populer dikarenakan lahir gerakan RE100 yang dilakukan sekumpulan perusahaan besar dunia yang menargetkan konsumsi 100% listrik berasal dari energi terbarukan. Untuk tahun 2030 ditargetkan porsi energi terbarukan sebesar 60%, tahun 2040 sebesar 90%, dan 100% di tahun 2050.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: